Bismillah,

Aku masih mencintai mentari pagi

Tanpa syarat tanpa sebab

Mengamini hangatnya dengan hati

Mengawali hari bercengkrama bertanya jawab

Aku masih mengagumi mentari pagi

tanpa cacat tanpa cela

Demi menyaksikan pendarnya menyelimuti bumi

Aku rela menantikannya di balik jendela tua

Suatu hari aku berkelana ke ujung bumi utara

Kutemukan mentari pagi hilang kehangatannya

Aku menyaksikannya berbeda

Hatiku hilang getarnya

Selama ini kukira aku telah mencinta tanpa cela

Nyatanya, rasa kagum itu ada sebabnya

Saat mentari pagi kehilangan hangatnya

Menguap pula alasan aku menantinya

Apakah seluruh perasaan cinta mesti ada sebabnya?.

 Bismillah,

Suatu hari diri kembali tertunduk

Menatap kosong sudut ruang

Menahan tangisan yang memberontak

Sekedar meluapkan kesedihan

Kita tidak mampu berhenti berpikir

Tentang masa yang berharga

Saat hari-hari indah kala itu

Masih lekat mengisi kekosongan hati

Raga terbawa detik

Memori enggan berkutik

Sebab ia masih saja betah di sana

Menikmati tawa dalam cerita lama

Mengapa kamu tidak beranjak?

Panggil Raga,

Bisakah aku terbebas dari penyesalan

Bila aku bersamamu, di sana?

...

 Bismillah,

Aku selalu menapakinya tiap pagi

Jalan ini

Jalan yang kukenali

Kupahami lekat ia dari hati 

hingga mendarah daging di langkah ini

Biasanya tanpa perlu kusadari

ketika menyusurinya kaki telah hafal kanan kiri

Ke mana aku harus pergi

Tak kan tersesat

Tentu saja, sebab aku melihat

Aku sungguh-sungguh saat kukatakan bahwa aku mengingatnya

Jalan ini jalan yang amat kupahami

Aku tidak berdusta. Buat apa!

Sudahi!

Mengapa  kamu terus mengikuti?

tatapmu mengawasiku, jeli

memilih berlari

aku mati-matian menghindar diri

Memacu langkah

Langkah yang kelu

Tersandar pasrah

menyadari, ia kukenali sebab kamu

kamu yang selalu di sini

Biarkan aku tenggelam 

bersama penyesalan mendalam

...

Bismillah,

Aku kembali.

Hening...
Tidak ada jawaban. Sunyi redam. Ruang hatimu menyambut aku tak bergeming.
Kecewa,
Berjuta tanya memenuhi dada lenyap seketika menyaksikan sesosok aku kembali ada.
Marah!
Kerinduan itu telah tumpah ruah menjadi gelisah
Tawa.
Pada akhirnya, segala rasa hanya menari-nari usil. Sesaat lalu sirna mengudara.
Karena sejatinya, kamu selalu menunggu sesosok aku dengan suka cita.
Kembali dari perjalanan kembara.
Menjemput raga yang teguh setia.

Huehehe :">
Apa kabar semuaaa?
Oh, hai! kamu siapa? #jejenggg

Aku author blog ini. Huh :((

Makanya siapa suru pergi-pergi lama. Kerumuman masyarakat pada bubar kan?
Anw, tida masalah! Saya akan nyalakan sinar mentari kembali di blog ini. Menyala-nyala hangat seperti fajar subuh hari \^0^/

Mon maaf lahir batin. Setelah ribuan purnama tak muncul, author kembali dengan segala suka cita dan riang gembira. Terima kasih untuk tetap tinggal, bagi yang masih menetap. Mohon maaf juga untuk yang pergi, ga sempet sungkeman dulu. Semoga segala khilaf yang terbungkus dalam kitab maya, luntur dalam rasa maaf dan keikhlasan.

Saya rindu menulis. Selalu.
Tapi kamu tahu kan? Rindu itu tak selalu di-"nyata"kan (baca: dijadikan nyata dalam tindakan)
Kadang ada rindu yang diredam dalam sajak-sajak harap juga doa. Ada rindu yang, hmm.. habis mau gimana melayang saja berserak ria
Mungkin begitulah rindu pada menulis di hati saya.
Tapi kini, alhamdulillah Allah mampukan jari-jari kembali menyapa.

So, apa kabar semua?
Semoga perjalanan Ramadhan kita dipenuhi amal dan limpahan pahala dari Rabb Semesta


Salam ceria,
Author

Bismillah,

Bismillah,

Pukul 00.00 dini hari di tahun 2018
Aku masih terbangun, tidur siang membuat mata bertahan lebih lama di malam hari.

Di luar sana..
Ribut. Berisik sekali sejak maghrib
Mulai lebih berisik dari pukul 22.00 dan meningkat ke pukul 23.00 tadi.
Puncaknya sekarang. Saat saya sedang menulis tulisan ini.

Saya memeriksa keluar.
Ikut "menikmati" setiap letusan dan cahaya yang benderang-padam silih berganti
"Menikmati" bagaimana jika Indonesia ini adalah Palestina.
Atau bukan hanya Indonesia, seluruh belahan bumi yang sedang berisik ini adalah Palestina. Sejak 40 tahun yang lalu.
Atau
"Menikmati" bagaimana jika Indonesia tetap menjadi Indonesia dan petasan-petasan kecil itu bukan cuma cucu culun generasinya, tapi buyut agung yang mampu meledakkan berpuluh kilometer tanah bumi ini.
Bisakah setiap wajah itu tertawa meyaksikan ledakan-ledakan di langit sana?
Mampukah generasi ini bertahan? Berjuang?

Seketika kaki ini lemas.
Akankah aku tidak mati sia-sia hari itu?

Bismillah...

Begitulah,
Dalam pilihan dan perjalanan hidup ini, kita mungkin akan menemui atau ditemukan oleh faktor X.

Sesuatu yang tidak bisa kita kontrol sekeras apapun kita mengusahakan.
Sesuatu yang bagi kita pun masih menyisakan beribu misteri dan pertanyaan.
Juga mungkin, eng... perandaian.

Bagaimana pun,
Keyakinan pada Allah lah satu-satunya yang dapat menghentikan imajinasi dalam berandai-andai.
Membayangkan sesuatu di luar kuasa dan "memaksa" diri akan pengakuan "mungkin lebih baik jika"
Memutus skenario sia-sia yang tiada guna

Tidak, tidak.

Boleh jadi, kamu menyukai sesuatu tapi itu buruk bagimu
Boleh jadi, kamu membenci sesuatu tapi itu baik bagimu.

Jika tidak saat ini, suatu hari nanti akan kamu temui
garis kehidupan yang lebih baik
Jika tidak pula ada di dunia ini, semoga kamu mendapati kebaikan ukhrawi

Apa yang bersumber dari Allah, itulah kebaikan
Apa yang bermuara kepada Allah, itulah ketaatan

Pahamilah...

Bismillah

Bukan khauf ketika kamu masih bersembunyi
Bukan raja' ketika kamu masih diam
...

Bismillah,

Target cinta ini adalah agar kita mampu melakukan segala
yang diinginkan oleh yang Dicinta dengan rasa penuh suka cita
Apakah kita telah menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh rasa bahagia?
Sudahkah kita menjawab panggilan shalat dengan gembira?
:'(

Bismillah,

Jual beli paling menguntungkan adalah jual beli pejuang dakwah dengan Allah
Bagaimana tidak.
Allah yang memberinya akal untuk berpikir, waktu untuk merenung, pun memberi mereka kehidupan untuk bergerak
Lalu seluruh modal ini dirakit kembali menjadi sebuah pinisi paling megah
Yang dimotori oleh syahadat dan Al-fatihah
Yang direkat kuat dengan semangat pantang menyerah
Walau sering kali ombak tangis dan lelah mengancam arah
Tujuannya hanya satu, membawa umat menuju cahaya Allah
Selayaknya kapal Nuh yang menyelamatkan kehidupan manusia
Begitu pula bahtera ini diharap sebagai bentuk pengabdian sederhana nahkodanya
Kepada Allah Penggenggam Semesta
Sebagai imbalannya, Allah hadiahkan 'Adn bagi mereka
Yang mengalir di bawahnya mata air surga
Berbahagialah mereka di dalamnya

Sungguh, alangkah beruntungnya perdagangan mereka!

Bismillah,


Seperti A adalah permulaan dan Z adalah akhir dalam barisan alfabet
Begitulah awal keberadaanku di tengah-tengah barisan takdir kehidupan hingga kematian

Antara A dan Z terpaut oleh eksistensi sebuah jarak
Begitulah aku yang terikat dalam dimensi waktu menuju sebuah akhir

Hanya ada dua relasi antara A dan Z. Sangat jauh atau sangat dekat.
Aku memilih salah satu.
Sangat jauh, hingga aku harus mencipta B, C, hingga Y dan menikmatinya bersama pahit manis ketakwaan
Sangat dekat, apakah aku harus memangkas jarak dan menjemput sebuah kematian?

Aku memilih jalan yang jauh.
Tidak peduli betapa memilukan jarak yang mesti ditempuh
Walau tidak pernah paham kapan hidup seutuh
Ketika jasad terlepas dari ruh

Tapi aku alfa
Bahwa Z menuju A adalah sangat dekat jaraknya
Seperti kematian yang selalu mengiringi hidup manusia
A tidak perlu menjemput Z seketika
Seperti diri yang tidak perlu memangkas cita dan asa dengan paksa
Nyatanya keduanya akan bertemu pada suatu masa
Ketika kehidupan kembali kepada Pemilik hidup yang sesungguhnya

Bismillah,


Apakah kamu pernah mencintai seseorang
sehingga
setiap hari kamu rajin membolak-balik lembar tulisannya
kamu selalu mencari-curi waktu untuk menelusuri segala cerita
tentang hari-harinya melalui dunia maya

Apakah hatimu terpaut pada seseorang
selayaknya
pemahamanmu tentang kata
penghayatanmu pada bait-bait makna
seolah kamu telah lama mengenalnya

Kamu itu..
sedang menjaga cinta
menumbuhkannya dalam eja demi eja

Kamu yang begini
sedang merawat cinta
memupuknya lewat ingatan yang sulit alfa
entah di mana dan mengapa, teringat saja

Aku pikir itu adalah cinta
Tidak,
Dia tidak tumbuh dengan sendirinya
Kemudian terjaga sedemikian rupa
Melainkan tumbuh karena kamu menjaganya

Kini, bolehkah aku bertanya?
Apakah cintamu pada Allah begitu pula?
Cinta yang kamu jaga dan tidak alfa
Menelusuri lembar demi lembar mushaf berserta hikmah
Ia tumbuh seiring lantunan ayat-ayat cinta ilahiyyah

Apakah cinta pada Allah adalah cinta yang kamu jaga?

Bismillah,

Secara tidak sengaja mendengar syair

"Telah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karna tlah kuhabiskan
Seluruh cintaku hanya untuk-Mu"

Syair dan nada yang teramat manis!
Jika seluruh cinta dalam hati ini tidak lagi disibukkan dengan mengejar dunia dan menikmati dunia, melainkan jiwa dan raga menjadi tunduk karna keutuhan cinta. Sebab cinta yang telah sempurna untuk Allah dan Rasul-Nya meneguhkan langkah seorang hamba menuju ridha Ilahnya. Tidak berpaling sujud sembahnya hanya karna setitik tipu rayu dunia. Para pencinta menghabiskan siang malam memikirkan siapa yang dicintainya. Adakah nama Allah menjadi yang utama dalam taman cinta hati kita? :"(

Bismillah,

Sungguh, telah banyak aku saksikan bahwa kesombongan menjadi tabir ilmu paling kebal. Seperti lilin di permukaan keladi yang menghalanginya dari air. Tawadhu lah agar jiwa menerima ilmu dengan suka cita

R A • Y

Bismillah,


Seorang sahabat memberi saya bibit bunga matahari yang sudah tumbuh lebih sebulan. Waktu denger dia punya banyak bibit bunga matahari di rumah, saya ngga pake segan atau malu langsung bilang siap menerima hibah. Haha! (~ .. ~)
Akhirnya bunga itu saya terima beserta keikhlasan dan nasehat pemilik asalnya.

Kata teman saya,
"Nanti, masanya sekitar 3 bulan. Selama itu, daunnya akan terus tumbuh sebelum kita bisa melihat kelopak pertama muncul"
"Dia bisa mati ya :-( ?" ini pertanyaan absurd saya, karna berharap jawabannya engga ^^"
"Ya bisa atuh, kan makhluk hidup. Setelah bunganya tumbuh sempurna, akhirnya juga akan mati. Tapiii, bisa dibibitkan lagi dengan biji yang ada di tengah bunga."

______

Seperti bunga matahari,
Yang bagi diri sendiri meninggalkan dunia dengan husnul khatimah,
Yang bagi masyarakat meninggalkan jejak dengan amal jariyyah

Kalaulah keimanan para sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in, tabi' tabi' tabi'in
dan para ulama dipetakan dalam sebuah cluster,
mungkin aku adalah outlier
tidak tahu mesti ditempatkan di cluster mana.
Hitam, kecil, asing pula

Dalam data mining, outlier itu noisy
Sangat mungkin ia dihapus
agar tak mengganggu integritas

Hari ini aku menertawakan diriku sendiri
Malam sepi ini telah ramai dengan tangis hati

Berkata percaya,
Namun belum paham makna sebuah kepercayaan
Mengaku beriman,
Tetapi perilaku belum mencerminkan keteguhan

Apa kabar keimanan?

Bismillah,

Sebagaimana dahulu kita asing,
Sedetik lagi, kita kembali menjelma asing. Hingga tiba saatnya, segala kenangan bermuara ke lautan, tak kusisakan barang setitik dalam ingatan. Hanya doa sebagai salam perpisahan. 

Doa, agar kelak kita adalah teman
Yang saling setia dalam dua kehidupan...

Bismillah,

Hujan sedang marah!
Melampiaskan lara pada jendela tua
yang diam tak menyanggah
membentang payung penuh duka

Hujan mengamuk!
Berdenting-denting menghantam kaca
yang perlahan remuk
berakhir penuh luka

Hujan berlari menuju tanah
di atas tanah hujan pasrah
kembali pada aliran
yang bermuara ke lautan

Lautan mempertemukan
Langit dengan hujan
Kepada langit hujan meminta
agar diobati luka karenanya

Langit menawarkan miliknya
Matahari sang pelita
Pengobat luka lara
yang diderita kaca jendela

Bismillah,

Saat ini, diri mungkin belum mengerti
Bahwa berada di suatu posisi,
Menjelma menjadi sosok pribadi,
Tak semudah yang dilihat mata ini.
Ada pertentangan yang harus dilewati.
Ada kenyataan yang harus dihadapi
Ada kepahitan yang harus dirasai
Jadi, jangan terlalu banyak mengomentari.
Hingga masa itu menghampiri,
Barulah diri paham arti memaklumi.

Bismillah,