Dunia Hujan (7)

Bismillah...


"Hm.. berisik ini lagi"
Senyumnya miris, sambil melempar sebuah batu sejauh yang dia bisa. Batu itu seakan adalah panggilan bagi ombak yang pecah menghempas di hadapannya.

Tatapannya nanar pada batas lautan dan langit. Air mukanya tampak betul menunjukkan kemelut yang tak kunjung usai. Lantas, berselang menit ia menghirup napas dalam-dalam lalu membuang kumpulan udara di paru-parunya secara mendadak. Gemeretak giginya nyaring sekali terdengar. Pula genangan telah memenuhi pelupuk mata. Sesaat kemudian ia tersenyum. Melangkah cepat, mengeratkan genggamannya pada tali tas ransel.

Ya, langkah itu terlalu cepat membawanya sampai ke ruang kelas, yang hanya berisi seorang. Seseorang yang tenggelam dalam lamunan menatap rintik-rintik hujan. Rintik nan damai. Rintik yang sama yang menjadi alasan akselerasi langkahnya menuju ruangan ini.

Suasana terlalu mencekam jika tak ada dialog.
"Hai.."
"..."
"Halo!" ulangnya dengan volume lebih keras
"Oh, saya?"
"Iya, salam kenal!" ucapnya tersenyum
"Salam kenal," orang yang ditanya itu mengangkat alisnya, bingung. Lalu?
"Oh, ya! Saya Lila, Raina Khalila"
"Akbar. Hosean Akbar"

...
Samudra?
Hujan?
Keduanya tercengung.

-----
Selesaaaii....
#LOH!!!

Ada yang bisa bantu bikin sambungan ceritanya? :3

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.