Mengakhiri
Bismillah,
Jika kamu pernah menjadi bagian dari segmen kehidupan seseorang, atau pernah ada seseorang yang menjadi bagian dari episode kehidupanmu, apa yang kamu lakukan terhadap episode singkat itu? Dihapus atau dikenang? Mengapa?
Bagaimana? Apakah sudah kamu putuskan jawabannya?
Saat menerima pertanyaan ini, mungkin memori kita mulai asik terbang menerobos setiap pintu-pintu ingatan. Barangkali ia menyimpan atau justru membiar tertinggal, rekaman kisah yang pernah kita rasakan. Sekedar menelusuri jawab, "Apakah aku masih mengingatnya?" atau "Apa aku berhasil melupakannya?"
Banyak di antara kita yang sering menjebakkan diri, bahkan mungkin semua kita. Pernah terjebak oleh episode singkat masa lalu. Terbelenggu. Meratap bisu atas setiap rekam kehidupan yang tak mungkin ditoleransi waktu. Menyesali jika episode itu menyisakan bekas pilu. Mengasihani saat episode itu membungkam rindu. Sama saja. Baik seseorang itu menyisakan kisah perih maupun ia meninggalkan rasa bahagia yang masih teringat jernih. Kalaulah sempat kita renungkan episode bersamanya barang sejenak, sebab pertanyaan di atas telah menjadi trigger, maka jawabannya akan sama saja. Hati dan pikiran kita mengingatnya. Mengenangnya lewat alam bawah sadar. Sekuat apapun kita mendikte diri bahwa memori itu telah dihapus. Seteguh apapun kita mengelak bahwa kita tidak mengingatnya lagi, sesungguhnya penolakan itu membuat segala lebih jelas. Kita mengenang episode singat itu.
Oleh sebab kenangan inilah, kita menjebakkan diri. Seolah tak mampu lepas dari kisah lampau. Membuat perasaaan kita hari ini jadi kacau. Lalu, untuk apa kita meniadakan? Atau mengapa kita mesti menyisakan?
Bagaimana kalau kita menyelesaikan. Mengakhiri episode yang memang telah berakhir, kawan. Menyelesaikannya dengan hati lapang penuh keridhoan. Lepaskan episode itu, teman? :")