Keadilan Tuhan
Bismillah,
Kisah pertama setelah masa kembara!
Ini pertama kalinya kamu berharap. Ah, aku akan berharap kembali esok hari, pikirmu.
Kisah pertama setelah masa kembara!
Sebelumnya, perkenankan saya mengajukan sebuah pertanyaan: Apakah di kehidupan ini, ada banyak hal yang membuatmu kecewa?
Kecewa amat berat bahkan ketika kamu berpikir telah benar-benar menggantungkan harap pada Rabb. Dalam penantian panjang, harapan itu tak kunjung kamu temukan kabul wujudnya.
Ini pertama kalinya kamu berharap. Ah, aku akan berharap kembali esok hari, pikirmu.
Esok, jiwamu hadir dengan harapan baru. Yakin dan cemas kamu tak tahu mana yang dominan, entah mungkin juga perasaan itu bertransformasi layaknya sebuah paksaan pada Tuhan. Kamu kembali rela menanti jawaban. Dua, tiga, empat hari-harimu bagai penantian sunyi yang ditumbuhi benalu bosan.
Tidak! Ini bukanlah hal yang kamu bayangkan. Tuhan, walau sedikit saja, apa tidak ada jalan?! Kamu mulai mengajukan tuntutan. Hingga terbesitlah di hatimu bahwa Tuhan tak memberi keadilan.
Sstt, kawan...
Kita berharap tapi mungkin bukan do’a pada Rabb
Kita punya asa tapi lupa hakikat iman pada Allah Kuasa
Kita menanti tapi sering lalai menjaga tiang agama ini
Doa. Kita meminta, kita menghamba, tiada daya dan upaya kecuali dengan hati yang selalu bersama Rabb semesta
Iman. Kita tahu Tuhan pasti mendengarkan. Tapi kadang, diri ini seenak hati menganggap mendengar keluhan adalah tanggung jawab Tuhan. Maka memohon ampunan adalah jalan atas nalar di luar batasan. Iman, sebuah penyerahan total berlandas kemantapan di hati, lisan, juga amalan. Ketika mendengar, “Boleh jadi, apa yang menurutmu baik belum tentu baik dalam pandangan Allah” maka hati ini tunduk penuh ketaatan. Hingga ketenangan jiwa adalah sebuah keniscayaan yang akan kita dapatkan.
Qiyam. Kita terus menanti tapi langkah kita terdiam. Yang katanya berusaha bersabar tapi berujung geram. Sebab tak kita hiasi hari-hari penantian itu dengan qiyam. “Maka minta tolonglah kamu dengan sabar dan shalat”. Menjadi nasihat andalan bahwa shalat adalah cara paling tepat dalam bersabar, memohon pertolongan sampai batin ini tentram.
Lantas bagaimana dengan keadilan?
Bukankah Tuhan justru paling adil? Ketika kita meminta, satu, dua lalu menyerah begitu saja, harapan tak kunjung ada, jangan menuntut apa-apa. Sebab, harapmu itu belumlah sebanding dengan jiwa-jiwa hamba yang dihiasi iman dalam meminta. Tiada menyerah dan terus berupaya membujuk Rabb semesta. Tidak seperti hati yang lemah hilang cahaya bahkan untuk sekedar berdoa.
Jangan menyerah berdoa ya?
Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun,
BalasHapus-Surat Ath-Thur, Ayat 48
Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”
BalasHapus-Surat Yusuf, Ayat 87