Dunia Hujan (8)

Bismillah...


Ada hati yang terusik. Saling mengusik ketentraman masing-masing.
Dalam kalimat singkat itu teriring makna yang dalam.

Lama berselang, keduanya saling tatap.
"Kamu pecinta banyu langit?"
Akbar mengernyitkan dahi. Pertanyaan macam apa ini. Jebakan? Atau tawaran?

"Sebentar. Jangan bilang kamu penghuni samudra itu?
Lila terperanjat. Bagaimana bisa?

Keduanya terdiam sesaat. Lalu saling melepas tawa.

---

Mendengar cerita penuh semangat Awa dan Fifi, Ihsan merindukan sosok Andung. Sebagai cucu pertama, Ihsan begitu dimanja Andung. Setiap Andung berkunjung ke rumah, selalu dibawakannya Ihsan putu singkong, donat dengan taburan meses penuh warna, dan risoles super renyah karya asli tangan ahli Andung. Hal yang jarang bisa Ihsan dapatkan kembali. Tergerak hatinya ziarah ke makam Andung. Sudah bersih oleh Atuk, Awa dan Fifi yang lebih dahulu ke sini. Sepetak tanah ini paling berbeda, paling bersih dan tanpa nisan. Kalaulah ada di batunya mungkin tertera nama Raina Khalila. 

Selesai..
Selesai ini mah serius. Haha

Terima kasih untuk penyumbang-penyumbang ide.
Saya dapat inspirasi. WoW! Bisa buat cerita lain-lain juga deh :3

Sekilas tentang serial Dunia Hujan. Mungkin banyak yang kesannya "nggantung". Hehe maafkan karena memang selain dibuatnya spontanitas (seperti biasa kalau bikin cerpen) potongan cerita ini juga masih puzzle di otak saya. Wkwkwk. Author macam apa begitu :))
Tapi niatnya memang lebih asik dibikin novel. Haha! Gaya beneeer. Ngga tahu dikerjainnya kapan padahal. Gapapa, niat dulu - bahasa alusnya wacana wkwkw

Anw, happy holiday all!
Saya ambil libur senin doong ;3

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.