Spek!
Bismillah,
Jadi ada cerita menarik.
Jumat lalu, saya mengawas praktikum. Biasanya setiap praktikum selalu ada deliverables yang dikumpulkan. Demi kemudahan pemeriksaan saya tetapkan saja penamaan dokumen yang dikumpulkan dengan format tertentu.
Saya sama sekali tidak sadar ternyata ada typo pada format yang saya tuliskan di papan. Lucunya adalah, walaupun peserta praktikum menyadari kesalahan tersebut, mereka tetap mengumpulkan dokumen dengan penamaan yang "ikut" typo pula.
Doktrinasi.
Penanaman nilai.
Saya masih ingat ketika pertama kali masuk jurusan ini. Selalu, setiap pertemuan ospek jurusan yang ditekankan, diulang-ulang, diingatkan terus-menerus oleh senior adalah perlunya pemenuhan dan penyesuaian terhadap spesifikasi. Kami seperti "bayi-bayi remaja" yang diisi penuh dengan "bekal hidup" ala informatika. Begitulah, kaderisasi membentuk paradigma anak-anak jurusan menjadi "taat" spesifikasi.
Saya belajar.
Benarlah bahwa bayi bagaikan kertas putih bersih. Tugas orang-orang dewasa di sekitarnya adalah menanamkan paradigma, nilai-nilai kehidupan. Baik yang diajarkan, baik pula pemikirannya, indah pula isi kertasnya. Salah yang diajarkan salah pula outputnya, buruklah apa yang tergambar dalam kertas itu. Namun tentu saja setiap anak yang tumbuh berhak dan punya kemampuan untuk terus belajar memperbaiki diri. Dengan catatan, kemampuan belajar membedakan mana yang mesti diikuti atau mana yang mesti ditinggalkan serta cara memperbaiki diri ini pun perlu ditanamkan sejak kecilnya.
Lalu saya bertanya-tanya.
Mengapa saat persoalan ini adalah tentang ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, tidak menjadi sesederhana para "bayi remaja" mematuhi dan mengikuti semua instruksi "sesepuh"nya. Dalam pemikiran para hamba muncul terlalu banyak tanda tanya hingga abai dalam ketaatan. Padahal segala urusan yang berkaitan dengan syari'ah didahulukan pengamalannya sebelum menggali hikmah.
Ada yang bertanya mengapa babi diharamkan, jika alasannya karena kotor lalu memunculkan tanggapan baru bukankah ada perternakan yang menjamin kebersihan makanan dan tempat tinggal babi. Yang bertanya tidak pernah merasa cukup dengan jawaban "karena itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya" yang termaktub dalam Al-Quran. Meski ia selalu cukup dan percaya atas jawaban seorang teman "karena begitu diminta kakaknya" ketika bertanya tentang spesifikasi tugas osjur. Begitupun terhadap syariah memilih pemimpin. Muncul banyak "bagaimana jika" bukan sebab keingintahuannya lebih jauh mengenai agama, tapi karena enggan mengikuti anjuran Rabbnya.
Gigi: Manusia itu.. lucu ya!
Riri: Kita manusia Gi :-)
Gigi: Iya, semoga Allah tundukkan hati dan pikiran kita pada kebenaran dan menjauhkannya dari banyak khilaf ya Ri,
Riri: Aamiin Gi..
Author: Kok, kok kalian tiba-tiba muncul sih?
Riri - Gigi: Ng-eksis dong Thoor!!
Jadi ada cerita menarik.
Jumat lalu, saya mengawas praktikum. Biasanya setiap praktikum selalu ada deliverables yang dikumpulkan. Demi kemudahan pemeriksaan saya tetapkan saja penamaan dokumen yang dikumpulkan dengan format tertentu.
Saya sama sekali tidak sadar ternyata ada typo pada format yang saya tuliskan di papan. Lucunya adalah, walaupun peserta praktikum menyadari kesalahan tersebut, mereka tetap mengumpulkan dokumen dengan penamaan yang "ikut" typo pula.
Penanaman nilai.
Saya masih ingat ketika pertama kali masuk jurusan ini. Selalu, setiap pertemuan ospek jurusan yang ditekankan, diulang-ulang, diingatkan terus-menerus oleh senior adalah perlunya pemenuhan dan penyesuaian terhadap spesifikasi. Kami seperti "bayi-bayi remaja" yang diisi penuh dengan "bekal hidup" ala informatika. Begitulah, kaderisasi membentuk paradigma anak-anak jurusan menjadi "taat" spesifikasi.
Saya belajar.
Benarlah bahwa bayi bagaikan kertas putih bersih. Tugas orang-orang dewasa di sekitarnya adalah menanamkan paradigma, nilai-nilai kehidupan. Baik yang diajarkan, baik pula pemikirannya, indah pula isi kertasnya. Salah yang diajarkan salah pula outputnya, buruklah apa yang tergambar dalam kertas itu. Namun tentu saja setiap anak yang tumbuh berhak dan punya kemampuan untuk terus belajar memperbaiki diri. Dengan catatan, kemampuan belajar membedakan mana yang mesti diikuti atau mana yang mesti ditinggalkan serta cara memperbaiki diri ini pun perlu ditanamkan sejak kecilnya.
Lalu saya bertanya-tanya.
Mengapa saat persoalan ini adalah tentang ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, tidak menjadi sesederhana para "bayi remaja" mematuhi dan mengikuti semua instruksi "sesepuh"nya. Dalam pemikiran para hamba muncul terlalu banyak tanda tanya hingga abai dalam ketaatan. Padahal segala urusan yang berkaitan dengan syari'ah didahulukan pengamalannya sebelum menggali hikmah.
Ada yang bertanya mengapa babi diharamkan, jika alasannya karena kotor lalu memunculkan tanggapan baru bukankah ada perternakan yang menjamin kebersihan makanan dan tempat tinggal babi. Yang bertanya tidak pernah merasa cukup dengan jawaban "karena itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya" yang termaktub dalam Al-Quran. Meski ia selalu cukup dan percaya atas jawaban seorang teman "karena begitu diminta kakaknya" ketika bertanya tentang spesifikasi tugas osjur. Begitupun terhadap syariah memilih pemimpin. Muncul banyak "bagaimana jika" bukan sebab keingintahuannya lebih jauh mengenai agama, tapi karena enggan mengikuti anjuran Rabbnya.
Gigi: Manusia itu.. lucu ya!
Riri: Kita manusia Gi :-)
Gigi: Iya, semoga Allah tundukkan hati dan pikiran kita pada kebenaran dan menjauhkannya dari banyak khilaf ya Ri,
Riri: Aamiin Gi..
Author: Kok, kok kalian tiba-tiba muncul sih?
Riri - Gigi: Ng-eksis dong Thoor!!
Spek!
Reviewed by Kisah Fajr
on
November 27, 2016
Rating: 5