Layang-layang Puti (6)

Bismillah,

"Puti! Puti! Bangunlah,"

Aku ketakutan. Tidak tahu sama sekali bagaimana ini terjadi. Lama aku mencoba terus memanggil namanya. Doaku didengar Yang Kuasa, akhirnya Puti sadar.
Namun, tatapannya redup, tak berpendar seperti biasa. Bukan seperti mata Puti yang kuhafal sinarnya.
"Siti..."
"Iya Puti, ini karibmu.. Siti di sini, maafkan Siti.."

Aku membiarkan Puti memulihkan diri, lalu membantunya berdiri.
"Puti, malam telah mencapai puncak. Kuatkah Puti jika kita kembali sekarang?"
"Iya,"

Beberapa langkah kami berjalan, Puti menghentikan langkahnya hendak menoleh ke belakang, namun urung.
Kami melanjutkan langkah demi meninggalkan pesisir dan pulang ke rumah malam itu juga. Bagi Puti, bukan hanya pesisir yang ditinggalkannya, tapi lebih dari itu. Layang-layang Puti,

---

Di timur, syafak merah menunjukkan ronanya. Perlahan langit kelam jadi benderang di selimuti kehangatan lembut sang mentari.
Di barat, terdampar sebuah rusuk layang-layang. Kertasnya hancur.
Semesta tlah mentitahkan ombak agar menghantarkan kembali harapan ke tepian.

Pagi.
Ombak kedatangan tamu kembali.
Puti bingung berlarian ke sana kemari. Mencari!
Tak ditemukan yang diingini.
Layang-layang itu sudah tak di sana lagi!

Puti tertunduk,
Layang-layangnya telah benar-benar pergi.
...

Baca kisah sebelumnya di sini
Layang-layang Puti (1)
Layang-layang Puti (2)
Layang-layang Puti (3)
Layang-layang Puti (4)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.