Yang Tak Berkedip

Bismillah,

Hari telah larut, namun mata Ayah tak jua mengantuk. Lalu, Ayah memutuskan untuk "mengganggu" Ibu
Ayah: I, i, bangun I. Udah tidur ya? Ga pa pa ya, bangun bentar, hehe
Ibu: Ay, udah hampir nyenyak nih. Belom ngantuk?
Ayah: Belom, main game ya?
Ibu: Apa?
Ayah: Bukti Cinta. ehehe
Ibu: Selama ini kurang bukti ya? hem hem #bercanda
Ayah: Iya nih kurang, makanya :p
Ibu: Heeuu, gimana mainnya?
Ayah: Tatap-tatapan. Siapa yang berkedip lebih cepat, membuktikan cintanya tidak lebih besar daripada yang berkedip lebih lama. Gimana, I?
Ibu: Oke!

...Ayah & Ibu mulai bermain...
Satu menit berselang, Ibu berkedip lebih dulu.

Ayah: Menang! Di sini lebih besar! #banggasambilnunjukjantung
Ibu: Ehehe, terima kasih. In sya a Allah kalo main lagi ga bakal kalah
Ayah:
Cinta Allah itu, seperti tadi. Tidak sedetikpun berkedip, tidak sekalipun lalai mengasihi hamba. Cinta hamba itu, sering "tak sengaja" berkedip, lebih mudah lelah dan terasa pedih. Padahal ujian kesabaran dan keikhlasan adalah jalan penyempurnaan cinta kepada-Nya.
...
...
Ibu: Ay, yang wudhu duluan jadi makmum~~

------
Malam itu seorang hamba berbisik lirih,
Rabb, ampuni hamba. Sungguh hamba tak sengaja berbuat dosa

Di sudut malam ada yang menanggapi,
Bukankah ketidaksengajaan berbuat dosa adalah pertanda kelalaian jiwa?
Dalam mengingat Allah Yang Maha Segala
Padahal Allah tak sedetikpun lalai terhadap hamba

-------
Ada cinta yang masih kalah,
Ada jiwa yang masih lalai,
Itu, milik siapa?

.
.
.
.
.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.