Layang-Layang Puti (5)

Bismillah,

Seseorang tengah menyiapkan peralatan lukisnya di antara bebatuan pemecah ombak.
Subuh ini, perempuan itu telah siap menerima inspirasi alam yang akan ia hidupkan dalam imajinasi. Ia tidak ingin terlewat menikmati bahagia yang dibagikan pusat tata surya itu walau hanya melalui gurat merah yang dilukisnya pada langit malam, walalu sekedar kehangatan. Moment itu benar-benar menghipnotisnya, seakan menumbuhkan kembali setiap harapan dan impian yang entah bagaimana bisa tertimbun di sudut hati.
"Sip!" bisiknya pada diri sendiri. Peralatan lukis itu telah siap sedia menerima curahan ide.

30 detik
...
1 menit
...
3 menit
...
15 menit
...
45 menit

Matahari mulai meninggi, kanvas lukis masih putih berseri.

Entah karena terlalu terpesona menikmati pagi, atau pikiran yang sedang ke sana kemari,  belum ada satu tintapun yang menghiasi kanvas di hadapannya. Perempuan itu lalu merenung, memainkan kuas lukisnya. Semakin dalam menunduk, semakin kencang kuas itu bergerak, hingga tak sengaja terpental cukup jauh dari penggenggamnya. Mendarat di pasir basah, dimainkan ombak-ombak kecil khas tepi pantai.

Beranjaklah ia mengambil kuas lukisnya.
Kuas itu tidak sendiri, tapi ditemani rangka buluh.

Buluh layang-layang.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.