Layang-Layang Puti (7) Fin

Bismillah,

Satu tahun kemudian...

Dalam perjalanan menuju toko buku, Puti tengah asyik menikmati langkahnya dengan mengamati hiruk pikuk pusat kota pada jam sibuk seperti sekarang. Sore ini seperti biasa, malam minggu, adalah waktu paling diminati warga untuk memadati tiap-tiap ruang kota. Baik yang pulang ke rumah menuju keluarga, atau yang pergi menuju urusan apa saja.Termasuk Puti salah satunya.

Hanya ada satu niat, satu alasan; membaca. Kegiatan itu adalah yang paling tepat mengusir kebosanan. Akhir pekan ini, tidak ada yang cukup istimewa untuk menyita perhatian Puti. Sebelum seluruh jadwal aktifitasnya memadat, kesempatan seperti ini tentu saja tidak boleh dilewatkan.

Di salah satu sisi jalan, Puti tak sengaja melihat sebuah poster dengan gambar utama matahari senja. Sejenak perhatian Puti teralihkan dari daftar buku idaman. Puti mencoba membaca lebih dekat, dan semakin penasaran. Sampai, langkahnya terhenti di sebuah pintu masuk. Pada bagian atas pintu itu, terdapat pahatan artistik bertuliskan, Gallery Ara.

Malu-malu Puti memasuki ruang galeri tersebut. Brosur informatif tentang karya dan seniman pemilik galeri ini lengkap dipaparkan di sana. Puti belum membacanya, diambil terlebih dahulu sebagai formalitas dan mungkin saja akan berguna.

Di dalam, reberapa orang penikmat seni sedang mematung memaknai dengan seksama karya di hadapan mereka. Seperti yang lainnya, Puti ikut membuat penafsiran-penafsiran pribadi untuk setiap karya seni yang dilihatnya.Termasuk, karya di hadapannya saat ini.

Lukisan. Bagian atasnya didominasi biru gelap dengan semburat merah-orange-kuning. Sentuhan warnanya benar-benar membuat langit yang dihias awan pagi tergambar amat lembut di sana. Warna-warna itu lalu seolah bercermin kepada lautan di bagian bawahnya. Bagian kanan bawah lukisan itu, diisi pasir pantai dihias ombak.Ombak yang buihnya tenang, tidak riuh menghantam karang.
Serta, rangka layang-layang.
Rangka dalam lukisan dan rangka sesungguhnya dalam sebuah kotak kaca.

Puti bergeming. Setiap detak dalam detik, seakan menjadi bisik semesta yang menggaungkan kembali kisah bintang dan bulan.

"Itu bambu paling bagus untuk sebuah layang-layang. Pemiliknya pasti sedih layang-layangnya mendarat di laut. Haha"
Suara itu memecah keheningan Puti. Sambil tetap mencoba meredakan kegugupannya, Puti menoleh,
"Hai, aku Muara. Panggil saja Ara! :-) "
"Oh," Puti membuka brosur yang sejak tadi digenggamnya hingga nyaris remuk. Di dalamnya tertulis,
----------------
Seniman : Muara
Asal : Pesisir
-------------------

Puti beralih, bergantian berulang kali memandang Ara, dan rangka layang-layang dalam kotak kaca. Lalu,
"Halo Ara, aku Puti. Terima kasih ya! :-)"
Puti tersenyum.
Perih.

-The End-

Baca kisah Layang-Layang Puti di sini
Layang-layang Puti (1)
Layang-layang Puti (2)
Layang-layang Puti (3)
Layang-layang Puti (4)
Layang-layang Puti (5)
Layang-layang Puti (6)

Nantikan, behind the scene Layang-Layang Puti yaaa :D
#finallythisistheend hahaha

Cerita Puti - all right reserved by © RA.Y author

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.