Kuingin Bulanku

Bismillah,

Bulan adalah teman satu-satunya. Ia tak punya teman yang lain.
Setiap malam, sebelum tidur ia tak pernah lupa bercerita pada Bulan tentang hari siangnya.
Bulan selalu menanggapinya lewat terang. Selama ada Bulan, ia merasa cukup. Lengkap sudah.

Suatu hari Bulan ada janji dengan awan. Lama sekali. Bulan malam itu tidak datang untuk mendengarkannya seperti biasa. Hingga fajar menyingsing ia masih menunggu Bulan. Namun, tetap tak ia temukan tanda-tanda Bulan akan menghampirinya. Lebih-lebih kini ada matahari.

Malam kembali datang bersama harapan bahwa Bulan akan meminta maaf dan seperti biasa mendengarkan ceritanya. Tapi itu hanya khayalan belaka. Bulan tetap tidak hadir malam itu, terlalu lama hanya untuk melunasi janji bertemu awan.

Bulan, ke mana? Aku ingin Bulanku.
Berikan Bulanku
Kembalilah padaku Bulan! 
Jangan pernah tinggalkan aku

Terdengar suara Bulan, tapi entah di mana ia bersembunyi. Wujudnya tak terlihat,
Kenapa aku? Kenapa harus aku? Kenapa hanya aku?

Karna kamu Bulanku! Bukankah selama ini kamu selalu menemani hari-hariku? Kenapa Bulanku begini? Aku cuma ingin kamu Bulanku! Malamku terang denganmu

Aku mengerti. Sudah seharusnya aku senang mengetahui aku menerangimu. Aku bermanfaat bagimu. Namun itu pula yang membuatku duka lara, bahwa terangku sejatinya bukan milikku. Ia berasal dari matahari. Raja Alam Semesta yang menganugerahkan matahari cahaya itu. Dan kamu lupa satu hal, bahwa sesungguhnya malammu terang walau tanpa aku, karna ada banyak bintang yang selalu menjagamu. Sementara aku, tak mungkin dapat selalu menjagamu.
Mintalah penjagaan pada Raja Alam Semesta. Kau akan baik-baik saja.

---
Ada banyak cahaya kebaikan di sekitar kita.
Kadang, kita terlalu terfokus pada Bulan, besar tetapi hanya satu. Melupakan keberadaan bintang walaupun sangat kecil tapi beribu.

Mari lebih banyak bersyukur :)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.