Di Pinggiran Kota
Bismillah,
Ada (banyak) orang yang memilih berumah di kota. Benar-benar di pusat kota. Tempat orang-orang ramai berkumpul. Lokasinya padat. Mengakses dan diakses lancar ke mana-mana. Kenalan banyak mulai dari orang terkenal sampai orang biasa pun lengkap. Ya. Kota memang menjadi tempat banyak orang mencari penghidupan. Semua orang tahu bahwa kehidupan di kota benar-benar menjanjikan.
Lalu, apa yang membuatmu teguh berumah di sudut kota? Segala sesuatunya tentu berlawanan dengan apa-apa yang ada di pusat kota.
Memilih rumah di pinggiran kota bukan berarti aku tidak bisa ke mana-mana. Aku (dengan segala syukur) masih memiliki mobil butut untuk pergi jalan-jalan ke pusat kota bersama keluargaku. Kami pun tidak pelit lagi miskin agar bisa membawa oleh-oleh saat pulang ke rumah. Justu kami selalu membawanya saat kembali.
Berpikir untuk pindah ke kota?
Tentu saja aku pernah memikirkannya. Namun kesetiaanku pada rumah yang pertama kali kutinggali lebih dalam. Aku belajar berdiri di sini. Aku belajar mendengar di sini. Aku belajar berbicara di sini. Bahkan aku ingat sekali ketika awal-awal di sini kata-kata yang kuucapkan sangat aneh dan aku terpingkal-pingkal hingga sakit perut saat mengingatnya lagi. Rumah di pinggir kota biasanya sepi pengunjung. Rumah di pinggir kota juga sulit ditemukan. Berbeda dengan rumah di kota yang sering dikunjungi tamu, rumah di pinggiran kota hanya dilewati orang-orang. Tak banyak yang tahu siapa penghuninya. Memang asik sekali dikunjungi tamu. Berkah berumah di kota mungkin salah satunya karena para tamu. Tapi bukan berarti berumah di pinggir kota kehilangan berkah itu. Justru tamu-tamu yang datang berkunjung ke sana adalah tamu istimewa. Haha. Terima kasih telah menyempatkan diri berkunjung ke rumahku. Maaf karna tidak begitu banyak hal penting bagimu di sini. Hanya penting bagiku, yap tentu saja karna di sini hanya ada aku dan keluargaku. Rumahku nyaris penuh oleh mereka memang. Hahaha
Oiya, pinggir kota adalah tempat yang tenang. Berumah di sana memberimu kesempatan berpuas-puas menikmati nyanyian pagi, semangat siang, damai sore, dan bintang malam.
Tegur sapa?
Tentu saja kami melakukannya.
Bagaimana?
Dengan senyuman sarat makna dan anggukan halus!
"Terima kasih berumah di sini. Kamu membuka jalan dan menyediakan penerangan"
"Sama-sama... Terima kasih juga sudah memilih jalan ini. Kamu membuatku merasa bermanfaat berumah di sini "
Maknanya begitu kira-kira. Benar tidak? Bukankah kamu sering lewat sini? ;-P
Oh. haha
Catatan:
Keluargaku = Aku, rasa, dan mimpiku
Oleh-oleh = Hikmah & pembelajaran
Ada (banyak) orang yang memilih berumah di kota. Benar-benar di pusat kota. Tempat orang-orang ramai berkumpul. Lokasinya padat. Mengakses dan diakses lancar ke mana-mana. Kenalan banyak mulai dari orang terkenal sampai orang biasa pun lengkap. Ya. Kota memang menjadi tempat banyak orang mencari penghidupan. Semua orang tahu bahwa kehidupan di kota benar-benar menjanjikan.
Lalu, apa yang membuatmu teguh berumah di sudut kota? Segala sesuatunya tentu berlawanan dengan apa-apa yang ada di pusat kota.
Memilih rumah di pinggiran kota bukan berarti aku tidak bisa ke mana-mana. Aku (dengan segala syukur) masih memiliki mobil butut untuk pergi jalan-jalan ke pusat kota bersama keluargaku. Kami pun tidak pelit lagi miskin agar bisa membawa oleh-oleh saat pulang ke rumah. Justu kami selalu membawanya saat kembali.
Berpikir untuk pindah ke kota?
Tentu saja aku pernah memikirkannya. Namun kesetiaanku pada rumah yang pertama kali kutinggali lebih dalam. Aku belajar berdiri di sini. Aku belajar mendengar di sini. Aku belajar berbicara di sini. Bahkan aku ingat sekali ketika awal-awal di sini kata-kata yang kuucapkan sangat aneh dan aku terpingkal-pingkal hingga sakit perut saat mengingatnya lagi. Rumah di pinggir kota biasanya sepi pengunjung. Rumah di pinggir kota juga sulit ditemukan. Berbeda dengan rumah di kota yang sering dikunjungi tamu, rumah di pinggiran kota hanya dilewati orang-orang. Tak banyak yang tahu siapa penghuninya. Memang asik sekali dikunjungi tamu. Berkah berumah di kota mungkin salah satunya karena para tamu. Tapi bukan berarti berumah di pinggir kota kehilangan berkah itu. Justru tamu-tamu yang datang berkunjung ke sana adalah tamu istimewa. Haha. Terima kasih telah menyempatkan diri berkunjung ke rumahku. Maaf karna tidak begitu banyak hal penting bagimu di sini. Hanya penting bagiku, yap tentu saja karna di sini hanya ada aku dan keluargaku. Rumahku nyaris penuh oleh mereka memang. Hahaha
Oiya, pinggir kota adalah tempat yang tenang. Berumah di sana memberimu kesempatan berpuas-puas menikmati nyanyian pagi, semangat siang, damai sore, dan bintang malam.
Tegur sapa?
Tentu saja kami melakukannya.
Bagaimana?
Dengan senyuman sarat makna dan anggukan halus!
"Terima kasih berumah di sini. Kamu membuka jalan dan menyediakan penerangan"
"Sama-sama... Terima kasih juga sudah memilih jalan ini. Kamu membuatku merasa bermanfaat berumah di sini "
Maknanya begitu kira-kira. Benar tidak? Bukankah kamu sering lewat sini? ;-P
Oh. haha
Catatan:
Keluargaku = Aku, rasa, dan mimpiku
Oleh-oleh = Hikmah & pembelajaran
Di Pinggiran Kota
Reviewed by Kisah Fajr
on
Oktober 31, 2015
Rating: 5