Taruhan

Bismillah,

Ada yang sedang berdialog, dan aku menguping tidak sengaja walau akhirnya menyengaja.

Mar: Hei, Bar! Kita bertemu lagi. Unik sekali ya, pertemuan kita selalu hanya selang beberapa detik.
Ketika aku datang, kamu hilang. Ketika kamu hilang aku yang datang.

Bar: Hehe, Iya Mar. Tapi kali ini kita bertemu. Sempat ngobrol sedikit. Agenda biasa?

Mar: Tentu saja. Seperti biasa, pertemuan sepersekian detik ini mari tebak-tebakan siapa yang akan menetap, kamu atau aku?

Bar: Kalau melihat kondisinya... aku pikir sulit bagiku untuk tetap bersamanya kali ini. Sedih sekali. Kamu yang tinggal dengannya.

Mar: Menurutmu begitu? Hmm..

Mar terdiam sejenak. Lalu berkata,
Mar: Aku juga berpikir begitu. Aku yang akan tinggal bersamanya. Aku menang tapi aku tidak senang, Bar.

Bar: Hm..

Mar: Semoga dia mengingatmu lagi, Bar. Kamu harus cepat-cepat kembali bersamanya. Aku khawatir jika aku berlama-lama di sini, dia akan melupakanmu. Dia sama sekali tidak boleh melupakanmu.

Bar: Aku pun berharap begitu Mar.

Mar: Ah, bisakah aku hilang saja? #ngomel sendiri
Ya sudah Bar. Aku seperti ingin meledak keluar. Ma...af...

------

Ah, andai Sabar tak perlu repot-repot selalu harus bertaruh dengan Marah.
Kenapa harus Marah yang datang lebih dahulu sementara Marah datang membawa oleh-oleh Sesal. 

Setelah lama termenung, baru saja seorang manusia sadar dan mengundang Sabar untuk datang. 

Sabar selalu datang bersama buah yang manis-manis. Haha, ya walaupun buah itu baru dapat diterima di akhir-akhir, ditambah tinggal bersama Sabar adalah hal yang luar biasa berat. Nanti bisa-bisa menangis hebat mendengar petuah dan nasihat Sabar. Toh, ketika menikmati buah manisnya, rasa berat itupun terangkat sirna.

Selamat belajar bersama Sabar!

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.