Sepihak

Bismillah,

Saya sedang dalam posisi sulit.
Mereka bilang "Cinta Sepihak". Perasaan yang katanya bagai bertepuk sebelah tangan. Haha! Ya ya, saya tahu kalau ini memang agak menyedihkan. Tapi saya bingung harus bagaimana.

Saya peduli.
Tapi sepertinya kepedulian itu hanya angin lalu.
Diterjemahkan sebagai kewajiban.

Saya totalitas memperjuangkan
Tapi perjuangan itu tidak disadari.

Harapan saya menggunung tinggi
Tapi sisi lain saya berbisik untuk berhenti berharap.

Ah, haha.
Saya mulai paham sedikit demi sedikit. Kenapa kata orang kasih sayang itu perlu diutarakan, perlu dijelaskan. Karna perasaan dari sender tidak selalu bisa diterima 100% utuh oleh receiver. Ada galat, ada noise, dan hambatan-hambatan semisalnya.
Tapi saya yang begini tidak suka banyak bicara. Saya mungkin akan bertahan begini hingga... Entahlah. Peduli, berjuang, dan mendoakan mereka 27 anak gadis saya...
Anak-anak yang saya temui setiap hari dari pagi subuh, sore senja, malam larut dan subuhnya lagi.

Semoga mereka sukses dunia akhirat. Sehat selalu, bahagia selalu. Dijaga oleh Allah, dijaga oleh berkah ilmu yang mereka miliki.
Jika saya yang hanya Ibu "sementara" saja berharap sebesar ini. Betapa besarlah harapan para Ibu "selamanya" pada anak-anak mereka yang sedang menuntut ilmu ini.

...
Papa, mama, terima kasih untuk cinta yang belum sempurna terbalas. Tak akan sempurna terbalas.
Maaf karna sering tidak peka merespon segala kepedulian dan perjuangan yang papa dan mama berikan.
Maaf juga karna anakmu ini masih belum bisa apa-apa padahal sudah sarjana. :'(

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.