Definisi Sabar

Bismillah,

Secara fisik, umumnya kita mempunyai struktur kepala dan "isi" yang sama, yaitu ada rambut, tulang tengkorak, dan otak hingga sel-sel terkecil penyusunnya.
Tapi secara maknawi, sangat besar kemungkinan ditemukan perbedaan 'isi' kepala setiap kita. Dalam hal tafsir-menafsir dan mendefinisikan suatu kata benda dan peristiwa, kita bisa saja memaknainya berbeda-beda, dan pemaknaan ini salah satunya dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing.

Jadi ingat, di kampus sedikit-sedikit definisi ini, definisi itu. Ya, ya. Itu sangat berguna untuk mendudukkan perkara, mematangkan konsep, meluruskan arah, dan menyamakan persepsi.

Suatu hari, di sini kami berdiskusi tentang definisi beberapa kata. Ada mutu, jujur, hormat, ikhlas, syukur juga sabar dan beberapa kata lainnya. Ketika membicarakan tentang sabar, seorang kakak mendefinisikan bahwa sabar adalah "proses menyukseskan sesuatu". Ini adalah definisi sabar bagi kakak itu, sebagai seorang guru.

Definisi ini menarik karena disertai cerita pengalaman yang berkesan baginya.
Beberapa waktu lalu, beliau menjadi wali kelas seorang anak. Wali kelas untuk santriwati kelas 1 DMP (setara SMP). Sudah begitu banyak guru-guru yang dipusingkan oleh si anak, lantaran kemampuannya membaca tulisan arab yang sangat rendah, maaf sebelumnya, bisa dibilang tidak pandai sama sekali. Santri-santri di sini biasanya dites terlebih dahulu dengan berbagai macam jenis tes, terkait aspek intelektual, emotional, dan juga spiritual, seperti tes mengaji. Sebagian besar lahir di Sumatera Barat yang terbiasa dengan TPA atau Taman Pendidikan Al-Quran. Tapi ada juga santriwati yang asing dengan Al-Quran. Biasanya berasal dari home schooling yang justru datang ke sini untuk memperbaiki kualitas pemahaman ilmu agama, baik itu keinginan sendiri ataupun orang tuanya, hmm...bisa juga keinginan keduanya.

Selama nyaris satu semester, si anak belum juga dapat mengeja tulisan-tulisan keriting Bahasa Arab. Si Kakak yang menjadi wali kelas sekaligus guru mata pelajaran Fiqih tentu saja gundah. Bukan hanya karena khawatir di anak tak dapat mengikuti ujian yang soal dan jawaban harus ditulis dalam tulisan arab, untuk seluruh mata pelajaran pondok, tapi juga gundah karena keluhan banyak guru yang tak tahan menghadapi si Anak. Akhirnya, Sang Kakak memutuskan untuk langsung mengajarkan si anak dari e-nOl. Oh, jangan tanya susahnya. Sebagai informasi tambahan beliau juga saat itu sedang mengasuh bayi kecilnya. Tapi keinginan beliau untuk membantu si anak tampaknya sungguh tulus. Selama 1 bulan menjelang ujian semester beliau intensif mengejakan Bahasa Arab kepada si anak. Tiga kali diulang, tiga kali salah. Tujuh kali dicatat, tujuh kali lupa cara membacanya. Sepuluh kali menghafal, sepuluh kali pula menguapnya.

Sering kali ketika ditanya sekali, kita masih berbaik hati menjawab pertanyaan Si Penanya. Pertanyaan yang sama diulang dua kali, kita akan mulai sedikit ber-"huh" dalam ekspresi. Ditanyai untuk yang ketiga kali, hati-hati jangan didekati. Haha. Entah apa yang tergambar dalam wajah kita, hanya dengan melihat saja, Si Penanya urung bertanya, ciut nyalinya. Berpura-pura mengerti sajalah jadinya.

Saya yakin sikap sabar adalah salah satu keajaiban yang dilimpahkan pada seorang guru. Sebaliknya saya ragu engineer mampu melakukannya. Saya sendiri tidak tahu saya akan bagaimana. Semoga Allah membekali kita semua dengan pikiran yang tenang dan hati yang sabar.

Alhasil, usaha Si Kakak satu bulan pun berbuah. Si Anak mampu mandiri mengeja tulisan Arab dan menuliskannya. Tapi apa hendak dikata, satu bulan adalah waktu yang singkat untuk memampatkan semua mata pelajaran agar dapat dikuasai sekaligus. Si Anak tidak mampu mengikuti UAS dengan baik. Saya tidak bertanya lebih jauh mengenai kabarnya. Hanya berdoa semoga Si Anak mampu menguasai Bahasa Arab dan fasih ucapannya. Walaupun saya tidak tahu orangnya, tapi Allah pasti tahu siapa dia yang saya maksud.
Allah tahu, bahwa setidaknya Si Anak mau berusaha untuk mengerti, dan ia menunjukkan hasil usahanya.

Ternyata sabar tidak hanya diterapkan dalam menghadapi cobaan hidup, tapi juga dalam tindakan bertanggung jawab dan istiqomah di jalan kebajikan.


Fashbiruu, wa shaabiru..
Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran... (Ali Imran 200)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.