Melintas Jawa (1)

Bismillah,

Kali ini mau mendokumentasikan hasil perjalanan melintas Pulau Jawa :)
Dua hari setelah wis-udah, diajak temen jalan-jalan, "liburan hemat" ke Yogyakarta Istimewa. Berhubung sudah meniatkan untuk silaturrahim ke ustadzah saya yang sekarang di Batu, jadinya perjalanan pun berlanjut menjadi perjalanan melintas Jawa. Diawali dari Jawa Barat, Bandung. Kemudian ke DIY (bukan DIY Craft lho yaa, tapi Daerah Istimewa Yogyakarta), kemudian ke Jawa Timur, Malang-Batu.

Perjalanan bermula dari kosan ke Simpang Dago, tempat saya dan teman-teman janjian kumpul bareng. Kereta berangkat jam 8 dari St. Kiaracondong. Kami janjian ketemu di Simpang Dago jam setengah 7. Tapi karna satu dan lain hal yang berputar-putar soal penantian, jadi lah kami baru berangkat dari Simp. Dago jam 7, dan kemungkinan besar akan telat tiba di stasiun jika mengandalkan angkot. Jadilah pilihan paling memungkinkan adalah taksi berpenumpang 4 orang ciwi-ciwi. Tragis, "liburan hemat" pun akhirnya harus dimulai dengan menaiki taxi.
Well well well... Apa hendak dikata -_____-"

Selanjutnya, (yang di kereta ngga usah diceritain, skip aja haha) sampailah kami di Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan. Dari stasiun kami bergerak ke UGM. Di UGM makan bubur ayam. Setelah itu ketemu salah seorang teman. dan bla bla bla. Aaaarrrggghhh membosankan cerita kayak gini. Ceritanya langsung ke yang menarik aja ah~~

###

Potret Kota Yogyakarta.
1. Matahari
Kota ini seperti kota kelahiran saya. Mataharinya besar. Terlihat di salah satu gambar yang saya ambil. Lokasi pengambilan gambarnya di Pantai Kukup.
Oiya, benar! Yogyakarta, seperti yang digambarkan salah satu kenalan saya. Kota ini memang tentram.


2. Jalanan Kota dan Perjalanan
Suasana jalan pusat kota, Jalan Malioboro. Dipenuhi oleh andong dan becak, juga dendang keroncong. Saya tidak mimpi berada di Jogja


Di jalanan kota, sekitar Mesjid Agung Yogyakarta. Saya menyaksikan seorang Ayah mengendarai motor dengan satu tangan kanan. Sementara itu, tangan kirinya menahan kepala anaknya, yang menurut saya berusia sekitar 3-4 tahun, yang telah terlelap di speedometer motor.

Di kereta, saya juga menyaksikan seorang nenek, setia mendampingi suaminya, lagi-lagi asumsi pribadi saya, usia pasangan ini terpaut cukup jauh. Nenek itu mendahulukan suaminya memakai jaket agar tetap hangat, dibanding dirinya. Ia juga menyuapi suaminya hingga suaminya merasa cukup. Mengingatkan suaminya minum obat. Memperhatikan setiap detil ketika suaminya merasa tak nyaman kemudian berusaha membuat suaminya nyaman.

Dari kedua kisah ini, saya belajar tentang perhatian, kasih sayang, kesetiaan, dan kesabaran. 

3. Makanan
Soal makan, saya asli "liburan hemat" di kota ini. Makan sego cuma seribu di Raminten, dan itu cukup, pas banget. Ngga kelaparan, ngga kekenyangan. Disajikan dengan rapi. Saya senang makan sego di sana. Oiya, bahkan biaya parkir bisa ya lebih mahal dari biaya makan. haha. Kadang-kadang jadi ngerasa lucu sendiri. Kalo katanya baiaya makan di Jogja murah, iya saya akui memang jauh lebih murah (kecuali makanan di sepanjang Malioboro) dibanding biaya makan di Bandung.

Sebenernya, kalau disimpulkan dengan dua kata, kegiatan saya dan teman-teman di Yogyakarta jadi semacam "wisata rohani". Saya yang dari awal memang "ngikut aja", diajak & ngikut-ngikut temen2 ke Prambanan, ke Gua Maria, ke Borobudur. Terlepas dari tempat-tempat ini sebagai tempat pemujaan dan peribadatan beberapa umat beragama, saya memuji Allah atas ciptaan-Nya berupa batu yang tahan panas terik dan hujan badai. Juga untuk batu besar yang kosong di dalam. Orang-orang yang berteduh di dalamnya tak memiliki rasa takut akan tertimpa karna kekokohan batu itu.

Allahuakbar!

Melintas Jawa (1) selesai.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.