Sepenggal Catatan Si Lampu Jalan

Bismillah

Aku adalah lampu jalan. Dan aku cukup lelah dengan nama itu. 

Kau tahu? Kata mereka aku mulia.  Mulia dengan terangku di tengah gulita. Mereka bilang, Aku bercahaya saat yang lainnya terbuai gelap malam dan terseret arus mimpi. Aku memberi sinar bagi mereka yg subuh kelam telah melangkah ke masjid walau dengan mata yang masih merah. Mereka membutuhkan sosokku sebagai sumber cahaya. Heh! Mereka, mereka, dan mereka.
Itu semua omong kosong dr mereka! Percayalah!

Ya aku lelah dengan semua kata mereka. Mereka tidak tahu saja hakikat di dalam aku. Apa mereka tahu aku lah si lampu jalan yang terang hanya ketika dinyalakan? Yang mati ketika dipadamkan? Aku bercahaya hanya karna tangan manusia. Sungguh! Bukan karna keinginanku sendiri. Tidak pernah! Aku tidak bercahaya jika tidak diminta. Bagaimana mereka bisa mengira bahwa lampu jalan sepertiku, yang tidak memiliki kesadaran jiwa adalah sosok mulia? Itu bukan hakku, aku tak mampu bertanggung jawab dengan gelar berat itu. Aku, terlalu lemah dan redup untuk dijuluki benderang. Itu bukan hakku.

Aku meminta untuk tidak menjadi aku. Yang setiap malam tampak terang, tapi hanya karna suruhan.
Aku berharap tidak untuk aku. Yang setiap siang mati dan tak mampu memberi arti.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.