Jamur Kenangan
Bismillah,
Ini adalah jamur penuh kenangan dan jamur harapan.
Nanti di rumah impian aku juga mau punya jamur semacam ini.
Sepertinya sedang hujan saat foto ini diambil. Lihat saja rintik hujan terlihat jelas di gambarnya. Lapangan basah oleh guyuran hujan.
Mari sedikit bernostalgia. Biasanya jika langit cerah, jamur ini seakan tidak habis penghuni. Prinsip siapa cepat dia dapat sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana santriwati berebut menjadi penghuni jamur. Bagiku sendiri, jamur ini menjadi saksi bisu setoran hafalan setiap Senin hingga Jum'at. Biasanya ustadzah telah standby menunggu di jamur setiap ba'da Ashar. Jika tidak ada kelas sore seperti bimbel dan lain-lain, aku bersama teman-teman dan adik-adik anggota asrama Mulazzamah bersegera mungkin menuju jamur tempat ustadzah menunggu. Kami terkadang akan saling hom pim pah, atau ber-suit ria untuk menentukan siapa yang menyetor lebih dulu. Jika ada kelas sore ustadzah akan memaklumi, dan mengunjungi kami di asrama ba'da maghrib atau ba'da isya untuk menyimak seluruh untaian ayat yang telah kami hafal di hari itu. Jika ada yang hari itu sulit sekali dalam menghafal, atau akhirnya malah tertidur ketika menunggu antrian selesai (ketika dibangunkan pun sulit untuk bangun), setoran hafalan hari itu akan di-double untuk hari selanjutnya.
Lantas kini, ketika tidak ada jamur sejenis itu di sini, aku tidak lagi menghafal rutin? Begitukah? Harusnya tidak begitu. Entahlah, hanya saja di asrama ini energi para shalihat seperti cahaya kunang-kunang di tengah gelap yang bisa engkau tangkap kapan saja, energinya bisa engkau rasa di mana saja.
Ya, jamur ini jamur kenangan, jamur harapan.
Kampus hijau ini pun kampus kenangan, kampus harapan.
Ini adalah jamur penuh kenangan dan jamur harapan.
Nanti di rumah impian aku juga mau punya jamur semacam ini.
Sepertinya sedang hujan saat foto ini diambil. Lihat saja rintik hujan terlihat jelas di gambarnya. Lapangan basah oleh guyuran hujan.
Mari sedikit bernostalgia. Biasanya jika langit cerah, jamur ini seakan tidak habis penghuni. Prinsip siapa cepat dia dapat sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana santriwati berebut menjadi penghuni jamur. Bagiku sendiri, jamur ini menjadi saksi bisu setoran hafalan setiap Senin hingga Jum'at. Biasanya ustadzah telah standby menunggu di jamur setiap ba'da Ashar. Jika tidak ada kelas sore seperti bimbel dan lain-lain, aku bersama teman-teman dan adik-adik anggota asrama Mulazzamah bersegera mungkin menuju jamur tempat ustadzah menunggu. Kami terkadang akan saling hom pim pah, atau ber-suit ria untuk menentukan siapa yang menyetor lebih dulu. Jika ada kelas sore ustadzah akan memaklumi, dan mengunjungi kami di asrama ba'da maghrib atau ba'da isya untuk menyimak seluruh untaian ayat yang telah kami hafal di hari itu. Jika ada yang hari itu sulit sekali dalam menghafal, atau akhirnya malah tertidur ketika menunggu antrian selesai (ketika dibangunkan pun sulit untuk bangun), setoran hafalan hari itu akan di-double untuk hari selanjutnya.
Lantas kini, ketika tidak ada jamur sejenis itu di sini, aku tidak lagi menghafal rutin? Begitukah? Harusnya tidak begitu. Entahlah, hanya saja di asrama ini energi para shalihat seperti cahaya kunang-kunang di tengah gelap yang bisa engkau tangkap kapan saja, energinya bisa engkau rasa di mana saja.
Ya, jamur ini jamur kenangan, jamur harapan.
Kampus hijau ini pun kampus kenangan, kampus harapan.
Tidak ada komentar: