Tadabbur Alam

Bismillah...

Mau cerita-cerita tentang pengalaman tadabbur alam saya pada akhir tahun lalu (sebenarnya ini pesanan teman saya yang saya baru ingat). Lebih tepatnya dapat dikatakan "kesibukan" eh, bukan, "refreshing" setelah ujian akhir semester selesai. Ada 2 tadabbur alam, yang pertama ndaki gunung dan setelah itu acara sejenis outbound di alam. Tapi nama gunung dan lokasi outbound tidak akan saya ekspose, saya memberi kesempatan pada teman-teman untuk berimajinasi bahwa saya mendaki semeru XD (one day, amiin)
Mendaki gunung ini merupakan pengalaman pertama saya. Yiey! <(^0^)/* Pecah telor, eh pecah rekor kamsudnya. Pokoknya saya tidak punya perasaan lain selama mendaki gunung kecuali senang. Saya suka mendaki gunung. Walaupun langkah-langkah awal terasa berat, tapi saya suka. Sepanjang perjalanan yang terlihat adalah daun hijau segar alami, batang kayu, akar pohon melintang, dan langit sebagai atap. Entah kenapa saya berpikir bahwa alam ini memang merekayasa dirinya untuk memudahkan jalan manusia ketika menapakinya. Ia senang dikunjungi manusia, dan mengajak manusia untuk senantiasa bertasbih. Salah satunya adalah akar-akar pohon yang melintang di jalan. Akar pohon ini saling berkaitan satu sama lain. Pada perjalanan mendaki, ia terlihat seperti tangga-tangga yang tersusun alami. Perjalanan saya dan teman-teman selama mendaki ditemani hujan, dan saya pikir akar pohon ini memudahkan kami berpijak. Jika tidak ada akar ini, jalan mungkin akan lebih licin.
Selain itu, hal yang selalu terlintas di benak saya dalam perjalanan adalah betapa Kebesaran Allah itu melebihi langit bumi dan seisinya. Bayangkan, bayangkan! Seluruh pohon dari batang yang kecil lemah hingga pohon raksasa nan kokoh di bumi ini bersujud pada Allah, bertasbih pada Allah, memuji Allah. Pohon-pohon yang hanya terjangkau oleh pandangan saya saja sudah terlalu memenuhi setiap inci penglihatan, apalagi pohon yang tidak terjangkau oleh penglihatan saya tapi masih di gunung ini, ditambah pohon-pohon yang di gunung lain, ditambah lagi pohon-pohon di dataran rendah. Waaa, masih terlalu banyak.
Dan di satu pohon ada beratus-ratus daun. Kalau kita jadikan daun itu sebagai kertas untuk menuliskan betapa banyak nikmat yang telah Allah limpahkan pada kita, pada keluarga kita, pada sahabat-sahabat kita, pada bumi tempat kita berpijak ini, daun itu tidak akan cukup untuk ditulisi. Kita ini memang terlalu kecil, kawan! Terlalu lemah, tidak ada satu hal pun yang dapat dibanggakan. Kecil fisik iya, kecil batin iya. Makhluk kecil yang menginjakkan kakinya di bumi, tapi dijadikan Allah khalifah. Kenapa disia-siakan? kenapa digadaikan dengan perhiasan dunia? Kenapa tidak mampu amanah? Kenapa tidak mau beriman? Tidak ada alasan untuk memungkiri pertanyaan ini. Hikmah terbesar kepercayaan Allah pada manusia yang kemudian menunjuknya sebagai Khalifah adalah sepenuhnya ilmu Allah. Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan adalah bertaqwa. Ya, sebenar-benar taqwa. Did us? #MariSejenakBermuhasabah
O iya, belum cerita yang outbound. Jadi outbound ini sebenarnya adalah salah satu dari rangkaian acara training yang diadakan LDK kampus saya, namanya gamais ITB. Berikut saya lampirkan foto-foto alam tempat dilaksanakan oubound di daerah sekitar nagrek yang menjadi perjalanan saya selanjutnya (kok jadi bahasa formal kalo mau attach file di email ke dosen ya? Ya udahlah ya.. --")
Ini foto pemandangan menjelang senja tempat kami bermukim, cantik ya? ^^

Bukit, ladang, sawah kombinasi indah dalam sebuah frame kecil sederhana

Asli, saya baru kali ini main sama ilalang cantik. Keseimbangan. Itu yang saya lihat. Daunnya ada miang, tapi pucuknya lembut bagai kapas.
kata orang, ilalang itu...
Ilalang adalah hamparan yang selalu tumbuh, dunia yang menolak luruh. Akarnya bergerilya di dalam tanah, membentuk jalinan yang kuat, memunculkan harapan baru di setiap tempat beribu alamat. Dari tanah hingga sela bebatuan, dari hutan sampai celah peradaban. Ia tumbuh dalam segala cuaca, bertahan dari keganasan alam.
Kerimbunan ilalang memendam sebuah semangat hidup. Batangnya meliuk-liuk ketika hempasan angin mendera. Bunganya terbang ke segenap penjuru arah membawa benih optimisme kepada para pengembara kata, untuk dibaca, dihayati dan disebarkan kembali agar benih ilalang tetap lestari.
 (komunitas ilalang, yahoo groups)

bila kau tanya apa keinginanku
akan kujawab bahwa aku ingin menjadi ilalang
karena dia sanggup tumbuh di manapun
mampu bertahan hujan dan kemarau
tak pernah kecewa bila tak dikagumi
bahkan terinjak
aku ingin menjadi ilalang
karena dia akan tampak indah
bila kau mau berhenti sejenak
dan menatapnya lebih dalam
(ladangjiwa.com)

Walaupun ia dikelompokkan sebagai gulma, tapi kalo tidak ada ilalang, mungkin kita tidak dapat belajar bagaimana tetap bertahan dan berjuang walaupun orang mengira kita lemah sekalipun.
Saya ingat, tadabbur alam ini dulu salah satu mutaba'ah semesteran waktu mentoring di asrama. Mungkin kalau teman-teman saya yang ikut pramuka ini jadi kegiatan bulanan. Pulang-pulang mereka sudah kotor2an. Dari jendela asrama saya amati, mereka pulang dengan senang. Membawa sebuah pengalaman dan pelajaran baru. Sayang saya tidak diizinkan ikut oleh orang tua. Ah, malah jadi curhat.
Pokoknya saya suka, suka, suka, suka, suka sekali tadabbur alam. Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi pingin tadabbur alam. Kemarin salah seorang teman saya mengajak untuk mendaki gunung lagi, tapi yang kali ini udah gak dibolehin lagi sama Mama saya. Beliau sampai mual mikirin saya naik gunung lagi. Saya juga sebenarnya heran, kenapa ndaki gunung pertama ini dibolehin, tapi alhamdulillah lah. Hm, menjaga anak perempuan memang lebih susah, jadi saya maklum. Kalau orang tua saya ingin menjaga saya, kenapa saya harus menolak? Kalau orang berniat baik, kenapa saya harus menentang? Ya ga? << menghibur diri ~.~. Jadi mungkin (khusus tadabbur yang mendaki gunung) ini adalah pengalaman pertama dan terakhir, hikz (tetep aja berharap suatu hari nanti bisa ndaki gunung lagi, belum sempet lihat mentari pagi T_T).
Sekian dulu cerita saya, wassalam.. :)

Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.