Reda

 Bismillah,


Malam ini, aku sibuk mengenang ketidakmampuanku. Kelemahanku tentang hari itu. Saat dunia menantangku dengan sebuah amanah sementara akhirat memanggilku. Aku memenuhi panggilan ukhrawi tapi jiwaku merujuk duniawi.


Pagi itu jadwal kami berkunjung ke Raudhoh. Namun malam sebelumnya ada banyak hal yang membuat hatiku sulit ridho terhadapnya. Otakku dipenuhi tuntutan terhadap perkara ini lah, itu lah, di sana lah, di sini lah. Banyak, terlalu banyak untuk tetap aku bendung hingga membuat jiwaku begitu berisik dan menangis walau nyatanya mataku tetap berbinar menanti rahmat ini.


Pagi itu sebelum masuk ke dalam antrian, PakSu mengingatkan agar melapangkan hati mengikhlaskan diri. Banyak beristigfar. Aku mengikutinya dengan baik. Namun saat masuk ke dalam antrian, aku tetap menerima banyak hambatan. Aku yakin hiruk pikuk jiwa itulah masalahnya. Sampai akhirnya aku menenangkan hati. Dengan apalagi selain alfatihah, sayyidul istigfar dan shalawat. Aku benar-benar menginsafi diri, setiap lantunan dzikirnya kubaca, setiap itu pula jiwaku menuntut, kesalahan bukan padaku mengapa pula aku menanggung deritanya, merasakan mudharatnya. Aku yang menerima kedzaliman, mengapa jiwaku yang bersedih, ditambah sedih sebab tak bisa begitu saja menuju taman surga-Mu ya Rabb? Akulah yang paling membutuhkannya untuk meredakan jiwa ini ya Rabb...


Hingga setiap kali tuntutan itu makin meluap, setiap itu pula dinding keegoisanku terasa meluruh. Pada siapa aku marah? Kepada siapa kamu marah?! Suara hatiku menggema-gema dalam ruang pikirku. Pertanyaan itu cukup menyentak meredam berisik jiwaku. Apakah ini bentuk aku yang tidak ridha pada ketetapan Ilahi? Padahal Rasul menamainya taman surga, dan aku ingin memasukinya tanpa ridha?! Yang benar saja! Apa kamu hendak berdoa pada Rabb dalam keadaan marah? Tidakkah yang kamu doakan nanti justru sekadar kepedihan sesaat bukan ketentraman abadi yang dihiasi rahmat? Atau sempatkah kamu benar-benar berdoa, jangan-jangan isi ucapanmu nanti hanya keluhan saja!

...

...

...

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Allahukbar... Allah mengizinkanku masuk. Dengan berisik jiwaku yang telah reda. 

Allah, sebagaimana Engkau menuntunku untuk ridha hari itu, bimbing pula aku agar ridha sebelum matiku. Jadikan aku radhiatammardhiyyah ketika menuju-Mu di penghujung ajalku.

Baikkan akhir hariku ya Rabb, berkahi akhir hidupku Allah...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.