Ironi
Bismillah,
Ironi sekali ya!
Baru beberapa waktu kemarin diri bercerita tentang betapa ia tidak percaya diri dalam berdoa. Beberapa waktu setelahnya ia mengaku betapa banyak tuntutan yang hendak diluapkannya. Ironi, sungguh ironi!
Sebentar-sebentar insaf. Sesaat berikutnya kembali menabur dosa. Agaknya, sebab itulah Rasulullah mewasiatkan keistiqamahan dalam iman. Jika bukan Allah yang meneguhkanmu, mampukah kamu meneguhkan dirimu sendiri? Mengukung erat nafsu agar tak kembali pada dosa lagi?
وَلِلَّهِ مَا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَمَا فِی ٱلۡأَرۡضِ لِیَجۡزِیَ ٱلَّذِینَ أَسَـٰۤـُٔوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَیَجۡزِیَ ٱلَّذِینَ أَحۡسَنُوا۟ بِٱلۡحُسۡنَى
ٱلَّذِینَ یَجۡتَنِبُونَ كَبَـٰۤىِٕرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَ ٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَۚ إِنَّ رَبَّكَ وَ ٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةࣱ فِی بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمۡۖ فَلَا تُزَكُّوۤا۟ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰۤ
Dan diri yang ironi itu, tidak pernah luput dari Pandangan Allah sejak ia diciptakan dari tanah bahkan di setiap jantungnya berdetak. Fa laa tuzakku anfusakum. Masihkah engkau mengangkat dagumu dalam menuntut ketetapannya? Tidakkah lututmu bergetar menyadari betapa Halim dan Aziz Rabb Penguasa Semesta? Betapa Luas Ampunan-Nya sehingga Allah senantiasa menampakkan Nur-Nya dalam langkah-langkahmu yang gelap?
Hendak berapa kali pun An-Najm 32 itu diulang, ia tidak akan pernah gagal menginsafi diri. Segala ironi seakan terhentak berkeping-keping. Tiada takut yang berlebihan hingga menjadikan jiwa putus asa. Pun tiada angkuh berkuasa sebab menyadari kita hanya hamba lembah yang harus terus berusaha mengharap maghfirah-Nya.
Apakah sekarang kamu merasa takut? Lalu, mengapa kamu masih banyak tertawa dan tidak menangis?
Tidak ada komentar: