Wejangan

 Bismillah...


Baru saja saya mendengar kabar bahagia, seorang adik dalam circle kerja yang sama akan melangsungkan pernikahan. Kabar tak terduga yang saya dengar justru dari temannya yang secara tidak sengaja membutuhkan approval pengajuan cuti dari saya. Chit chat chit chat, sampailah percakapan itu pada topik wejangan.

Tawasshow bil haq, wa tawashshow bis shobr

Kalau ada yang meminta nasihat, tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menolaknya. Lantas pertanyaan sekaligus permintaan itu mengingatkan saya tentang dua tahun lalu, di masa yang tidak jauh berbeda ketika meminta nasihat kepada Ibu mertua saya. Lebih tepatnya, berhubung tentu saja saya tidak lebih mengenal anak Ibu mertua a.k.a mihusben saat ini, untuk mencari banyak-banyak tambahan referensi langsung saja saya tanyakan tentang mihusben kepada orang terdekatnya, Ibu mertua. Saya menanyakan apa hal yang perlu saya ingat baik-baik untuk mempersiapkan diri berganti status. Beliau menjawab singkat, padat, berat: IKHLAS

Tanpa berpikir panjang, wejangan ini pula yang saya transfer kepada si adik. Saat menerima satu kata tesebut dulu kesan yang hadir oh baik akan saya ingat dan sekadar itu titik. Namun, ternyata saat ini, ketika langkah sudah sampai ke titik ini, ikhlas adalah sebuah pengingat besar tentang segala hal. Benar-benar segalanya, di rasa maupun realita.

Saat langkah mulai berat, ikhlaskan. Saat hati melemah, ikhlaslah. Saat urusan-urusan mulai di luar kuasa, ikhlasi. 

Ikhlas, ridha. Kembali kepada niat yang bermuara hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Hijrah adalah kepada Rabb semesta. Bukankah ia adalah pengingat terbaik untuk senantiasa mendidik diri yang sering sekali lari dari niat, yang sering terlupa memperbaiki niat. 

Jika menikah demi dunia yang diingini, maka sekerdil itu pulalah kita beribadah. Jika menikah dalam jalan hijrah menuju Allah, maka terhiasi pulalah pernikahan itu dirahmati kasih Allah lewat hati yang saling sakinah.


Semoga Allah selalu melimpah rahmah...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.