Manusia Realistis

 Bismillah,


Ini adalah random talk. Saya hanya ingin mencurahkan benang kusut di kepala ini, tentang keresahan, pertanyaan, tuntutan, ketidaksepakatan. Whatever!


YOLO. You only live once. Lantas? Mentang-mentang hanya hidup sekali lalu hanya bersenang-senang saja setiap hari? Memikirkan enjoyable, exciting things.

Bagaimana mungkin konsep ini memenuhi pikiran-pikiran kita tentang mempertahankan sesuatu yang didefinisikan sebagai kesenangan. Lari dari susah payah dan perjuangan untuk bertahan, sebab hidup hanya sekali dan sayang jika tidak dinikmati?

Bagaimana bisa gelombang masa kini membentuk pribadi berangan-angan kosong lewat tren halu yang mereka katakan untuk seru-seru? Bermimpi dan berorientasi pada Ilahi, malah dianggap bisa nanti-nanti


Bukankah banyak dari kita tidak sadar bahwa kita sedang menghadapi perang pemikiran. Saat agama ini menuntun kita menjadi manusia realistis lewat konsep dzikrul maut, kompetitor membawa kita untuk bersenang-senang karena hidup hanya sekali!? Bermimpi-mimpi membangun hidup dengan idola yang bahkan tak kenal Ilahi!?


Bukankah justru sebab hidup hanya sekali, maka setiap hari diri perlu diikat dengan ikrar dan janji. Murobathah, niat sepenuh hati. 

Jika saat pagi jiwa terbangun, artinya Allah beri kita kesempatan baru hari itu. Dalam dua puluh empat jam mendatang, kita bisa tiba-tiba saja kehabisan waktu. Dunia ini pun hakikatnya permainan dan kesenangan, namun mati dalam keadaan bergurau, apakah itu yang kita mau?

اَفَمِنْ هٰذَا الْحَدِيْثِ  تَعْجَبُوْنَۙ وَتَضْحَكُوْنَ وَلَا تَبْكُوْنَۙ

2 komentar:

  1. For people who don't believe that the afterlife exists, it's easy to have this kind of mindset. They want to live their life to the fullest, experience all the fun that the world has to offer, and they believe that their actions (good or bad) will bear no consequence after they die.

    But for people who believe in an afterlife, they believe that you don't only live once, but "You Only Die Once".

    BalasHapus
  2. Yup, agree with that.

    That's why (in my humble personal opinion) being realistic also means that no one can live life freely, there are responsibilities. When someone is assigned to a specific role in their work, they must make a clear report or confess supportively if they make mistakes. So do we, responsible for our assignment being khalifah fil ardh.

    Think logically, if the afterlife doesn't exist nothing to lose for the people who prepare their life well with ukhrawi orientation. And there will be no worries also for the people who don't believe in that. Unfortunately, it will be a mess for them if in the end, they find out that the afterlife is surely real.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.