Tersaingi

 Bismillah,


Apa yang dipikirkan orang-orang ketika takut tersaingi? Takut menghadapi perasaan kalah? Takut jatuh ke bawah dan terpuruk semakin dalam? Atau justru sedang bertahan? Sebab jika tak mampu bersaing, tidak akan ada lagi perjuangan setelah ini? Pilihan lainnya, justru ia sedang mencari cara untuk bangkit berjuang? Sebab bila tak ada persaingan, ia hanya akan berdiam diri di tempat. Tak berkutik, tak tergerak. 

Bagaimana pun jiwa menghadapi, sesungguhnya ketika ia memutuskan untuk masuk dalam panggung persaingan, kita patut mengapresiasi karena ia telah menjadi berani. Berani melangkah, mengambil tindakan, menyelesaikan pertarungan menjadi pejuang sejati. Tidak banyak jiwa yang cukup berani menjadi peserta pertarungan, dan ketika ia telah memilih ikut artinya ia memutuskan untuk melawan takut. 

Lantas, haruskah kita hancur sebab tersaingi? Kalah dalam persaingan? Saat perasaan itu menyelimuti, barangkali kita lupa betapa berani dan mantap kita mengawali. Bangkit kembali, mulai bertarung kembali. Terkadang kita hanya perlu mengalahkan rekor yang kita capai dengan jerih payah sendiri. 

Lalu, bila jiwa itu sedang bertahan atau butuh penggerak, ia hanya perlu keyakinan bahwa melalui persaingan ia tahu tidak sedang berjuang sendirian. Ada banyak jiwa lain yang berjuang dengannya secara bersamaan. Bukankah menyenangkan?


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.