Mengejar Dunia

Bismillah,

Dalam sebuah dialog singkat...
"Ke Bandung juga?"
Sebuah pertanyaan basa basi saya terima sore itu di perjalanan kembali ke kota peraduan nasib (heuheu)
"Oh iya hehe..."
"Udah sering bolak-balik Padang-Bandung?
"Lumayan tiap tahun ada, hehe"
"Ooh, kuliah apa kerja?"
"Udah kerja, Kak. Alhamdulillah"
"Ooh, sama. Angkatan berapa?"
"2010, hehe"
"Wah, udah lama juga tamatnya. Saya 2014"
"Ooh hehe" (ini emang pake ekspresi tiap bentar nyengir deh)
"Udah nikah belum?"
"Belum, hehe" (masih nyengir)
"Wah, ngejar karir ya?!"
(Mulai pura-pura senyum, tapi sangat maksa)

Hm. Begitulah.
Di umur segini (lebih seperempat abad) ketika banyak orang menemukanmu masih sendiri, kamu harus siap menerima apapun komentar yang mereka berikan (ngomong ke diri sendiri). Iya saya siap kok #selftalk. Resiko.

Walau sebetulnya, hem...
Saya benci komentar ini. Akan sangat lebih baik di telinga saya ketika ditertawakan belum laku ketimbang disebut career woman. Seolah mengingatkan saya lagi soal pilihan-pilihan hidup yang sebetulnya bukan pilihan. Namun sejatinya berjalan beriringan. Kalau kamu kerja, itu bukan berarti kamu meninggalkan tugasmu sebagai ibu. Kalau kamu di rumah, itu bukan waktunya kamu membagi waktu dengan pekerjaan. Kalau kamu kerja, lakukan dengan jujur dan totalitas. Selesai. Ya kecuali kalo sekarang belum ada yang di rumah ya, bisa ngerjain hal apapun bebas, termasuk kerjaan kantor ahemm :3 #loh #sokpassion #heleuh

Seketika dalam beberapa detik pasca dialog ini, saya kembali terngiang-ngiang soal nasehat papa selama ini agar tetap hidup sederhana.

Sederhana. 
Suatu kata sifat yang pengamalannya tidak mudah ya?
Ketika kita punya kelebihan harta, sederhana adalah pilihan membelanjakan harta di jalan Allah, ketimbang di jalan untuk mencapai kesenangan pribadi
Ketika kita Allah beri kelebihan, jiwa tetap tawadhu tanpa sedikit pun merasa unggul atas kelebihan itu karena semata milik Allah-lah segalanya
Ketika kenikmatan yang Allah beri tidak sedikitpun membuat kita goyah akan keteguhan dalam ibadah

Kalaulah mengejar dunia jadi prioritas utama bagaimana bisa kita tetap hidup sederhana?
Jadi apakah kita tidak boleh kaya? Kekayaan sesungguhnya adalah ujian.
Kalaupun suatu hari kita kaya kita tentu berharap agar pribadi sederhana tetap melekat dalam jiwa

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.