Super Girl (1)
Bismillah
Hai, perkenalkan! Aku Eddy.
Jangan salah sangka karena namaku, aku ini perempuan bukan laki-laki. Kalau aku boleh melengkapinya, tepatnya aku anak perempuan yang manis.Setidaknya, begitulah kata orang-orang. Sungguh! Paman dan tante, teman bapak ibuk selalu mengatakan hal itu kepadaku.
Oh ya, aku ingin bercerita.
Hari ini aku ditertawakan habis-habisan oleh teman-teman sekelasku. Asal muasalnya adalah saat di kelas tadi, ibu guru meminta seluruh anak-anak di kelas memperkenalkan diri dengan ciri khas kami masing-masing. Teman sebangku-ku memperkenalkan diri dengan ponytail-nya yang super rapi, tidak ada rambut mencuat satu pun. Itu benar sih, buktinya aku sendiri mencium aroma minyak kemiri atau minyak kelapa dari rambutnya. Ketua kelas kami punya ciri khas suara yang lantang. Katanya, suatu hari nanti ia akan jadi jendral. Jangankan suatu hari, menurutku, saat ini juga dia cocok sebagai jendral junior ukuran anak kelas 4 SD. Postur tubuhnya lebih besar dibanding anak laki-laki lain di kelasku, bahkan di antara seluruh murid laki-laki di sekolah ini.
Hingga, tibalah giliranku. Kukatakan pada semua yang ada di kelas bahwa aku adalah super girl. Iya, punya kekuatan super! Tapi tidak ada yang percaya padaku. Bu guru bahkan membulatkan matanya menahan senyum saat aku bilang begitu. Padahal aku adalah super girl sejak lahir. Ada yang bertanya padaku penasaran apa kekuatanku? Hehe, mereka tidak sadar rupanya. Aku yakin mereka melihat kekuatanku tapi mereka tidak menyadarinya. Aku tidak merahasiakannya kok, tapi aku juga tidak akan mengumumkan pada mereka. Biarkan saja penasaran.
Mendengar semua yang di kelas tertawa, bu guru mencoba membela dengan meminta kami tepuk tangan. Tetap saja tepuk tangan itu terdengar banyak seperti ejekan bagiku. Belum lagi, ketika selesai shalat berjama'ah dzhur tadi, anak laki-laki mulai usil lagi. Mereka mengikatkan kain sarungnya di leher, lalu menggerak-gerakkan tangannya untuk mengembangkan kain sambil berlari mengelilingku. Seolah aku adalah pemeran tunggal dalam randai. Tidak lupa mereka menambahkan, "Aku adalah pahwalan super!", dengan berteriak dan tertawa satu sama lain.
Untung saja aku punya kekuatan, super girl harus berjiwa besar, bukan? Ah, aku tidak jadi kesal. Terima kasih kekuatanku!
Bersambung...
Hai, perkenalkan! Aku Eddy.
Jangan salah sangka karena namaku, aku ini perempuan bukan laki-laki. Kalau aku boleh melengkapinya, tepatnya aku anak perempuan yang manis.Setidaknya, begitulah kata orang-orang. Sungguh! Paman dan tante, teman bapak ibuk selalu mengatakan hal itu kepadaku.
Oh ya, aku ingin bercerita.
Hari ini aku ditertawakan habis-habisan oleh teman-teman sekelasku. Asal muasalnya adalah saat di kelas tadi, ibu guru meminta seluruh anak-anak di kelas memperkenalkan diri dengan ciri khas kami masing-masing. Teman sebangku-ku memperkenalkan diri dengan ponytail-nya yang super rapi, tidak ada rambut mencuat satu pun. Itu benar sih, buktinya aku sendiri mencium aroma minyak kemiri atau minyak kelapa dari rambutnya. Ketua kelas kami punya ciri khas suara yang lantang. Katanya, suatu hari nanti ia akan jadi jendral. Jangankan suatu hari, menurutku, saat ini juga dia cocok sebagai jendral junior ukuran anak kelas 4 SD. Postur tubuhnya lebih besar dibanding anak laki-laki lain di kelasku, bahkan di antara seluruh murid laki-laki di sekolah ini.
Hingga, tibalah giliranku. Kukatakan pada semua yang ada di kelas bahwa aku adalah super girl. Iya, punya kekuatan super! Tapi tidak ada yang percaya padaku. Bu guru bahkan membulatkan matanya menahan senyum saat aku bilang begitu. Padahal aku adalah super girl sejak lahir. Ada yang bertanya padaku penasaran apa kekuatanku? Hehe, mereka tidak sadar rupanya. Aku yakin mereka melihat kekuatanku tapi mereka tidak menyadarinya. Aku tidak merahasiakannya kok, tapi aku juga tidak akan mengumumkan pada mereka. Biarkan saja penasaran.
Mendengar semua yang di kelas tertawa, bu guru mencoba membela dengan meminta kami tepuk tangan. Tetap saja tepuk tangan itu terdengar banyak seperti ejekan bagiku. Belum lagi, ketika selesai shalat berjama'ah dzhur tadi, anak laki-laki mulai usil lagi. Mereka mengikatkan kain sarungnya di leher, lalu menggerak-gerakkan tangannya untuk mengembangkan kain sambil berlari mengelilingku. Seolah aku adalah pemeran tunggal dalam randai. Tidak lupa mereka menambahkan, "Aku adalah pahwalan super!", dengan berteriak dan tertawa satu sama lain.
Untung saja aku punya kekuatan, super girl harus berjiwa besar, bukan? Ah, aku tidak jadi kesal. Terima kasih kekuatanku!
Bersambung...
Tidak ada komentar: