Balon Dunia
Bismillah...
Kalau hari Minggu, di dekat tempat tinggal (dan mungkin hampir di banyak kota juga) ada area car free day. Di salah satu sisi jalan, mungkin akan kita temukan pemandangan indah; di saat yang sama juga memilukan.
Ketika anak-anak kecil dapat dibuat bahagia dengan cara yang amat sederhana, mengejar balon-balon sabun. Ah, kalau ngga pake malu badan segede gini mah ikutan aja main balon-balon sabun bareng mereka! Ya karena memang menyenangkan. Dulu juga waktu tahu bola sabun lebih manjur dibikin pake sabun cuci piring daripada pake sabun batangan, membuatnya benar-benar memangkas aset/investasi bulanan mama terhadap daya guna sabun cuci piring #apasik. Mana bikin nagih dan gampang banget dibuatnya. Bisa pake sedotan yang dibuat melingkar atau tidak dibentuk sama sekali dengan konsekuensi keminum dikit air sabunnya. Karena sampai hari ini alhamdulillah saya masih sehat wal afiat, itu artinya saya ngga keracunan air sabun ketika zaman dulu kala #nahloh
Masih sangat jelas di hati dan pikiran saya betapa permainan ini menyenangkan.
Tapi, bersama dengan itu kita melihat balon-balon sabun ini layaknya kehidupan dunia. Ia sesaat-- benar-benar sesaat. Kita yang sibuk berlelah-lelah mencurahkan seluruh tenaga menggapainya, seperti anak-anak kecil yang melihat keindahan pelangi akibat pantulan cahaya pada sabun itu. Ada kesenangan yang mungkin terlihat di mata, tanpa kita dapat dengan mudah menyadarkan diri bahwa kesenangan itu semu. Yang ketika kita mendapatkannya, bisa saja sedetik kemudian ia pecah, hilang dan menyisakan kekecewaan mendalam. Yang ketika menggenggamnya, kita pikir dunia berakhir begitu saja, mengabaikan eksistensi yaumul akhir. Termangu menyaksikan seluruh kesia-siaan yang kita usahakan.
Hm, bagaimana jika kita membuat balon udara saja.
Dengan semangat dan iman sebagai penggeraknya. Walau perlahan, kita akan menerbangkannya hingga mengetuk pintu-pintu langit. Ng? Caranya? Hei, dibandingkan buku catatan Montgolfier bersaudara, kita punya panduan yang jauh lebih baik, Al-Quran dan Sunnah Rasulullah kan?
:-)
Kalau hari Minggu, di dekat tempat tinggal (dan mungkin hampir di banyak kota juga) ada area car free day. Di salah satu sisi jalan, mungkin akan kita temukan pemandangan indah; di saat yang sama juga memilukan.
Ketika anak-anak kecil dapat dibuat bahagia dengan cara yang amat sederhana, mengejar balon-balon sabun. Ah, kalau ngga pake malu badan segede gini mah ikutan aja main balon-balon sabun bareng mereka! Ya karena memang menyenangkan. Dulu juga waktu tahu bola sabun lebih manjur dibikin pake sabun cuci piring daripada pake sabun batangan, membuatnya benar-benar memangkas aset/investasi bulanan mama terhadap daya guna sabun cuci piring #apasik. Mana bikin nagih dan gampang banget dibuatnya. Bisa pake sedotan yang dibuat melingkar atau tidak dibentuk sama sekali dengan konsekuensi keminum dikit air sabunnya. Karena sampai hari ini alhamdulillah saya masih sehat wal afiat, itu artinya saya ngga keracunan air sabun ketika zaman dulu kala #nahloh
Masih sangat jelas di hati dan pikiran saya betapa permainan ini menyenangkan.
Tapi, bersama dengan itu kita melihat balon-balon sabun ini layaknya kehidupan dunia. Ia sesaat-- benar-benar sesaat. Kita yang sibuk berlelah-lelah mencurahkan seluruh tenaga menggapainya, seperti anak-anak kecil yang melihat keindahan pelangi akibat pantulan cahaya pada sabun itu. Ada kesenangan yang mungkin terlihat di mata, tanpa kita dapat dengan mudah menyadarkan diri bahwa kesenangan itu semu. Yang ketika kita mendapatkannya, bisa saja sedetik kemudian ia pecah, hilang dan menyisakan kekecewaan mendalam. Yang ketika menggenggamnya, kita pikir dunia berakhir begitu saja, mengabaikan eksistensi yaumul akhir. Termangu menyaksikan seluruh kesia-siaan yang kita usahakan.
Hm, bagaimana jika kita membuat balon udara saja.
Dengan semangat dan iman sebagai penggeraknya. Walau perlahan, kita akan menerbangkannya hingga mengetuk pintu-pintu langit. Ng? Caranya? Hei, dibandingkan buku catatan Montgolfier bersaudara, kita punya panduan yang jauh lebih baik, Al-Quran dan Sunnah Rasulullah kan?
:-)
Tidak ada komentar: