Kita

Bismillah,

"Salam. Hai! Apakah besok waktumu senggang?"
Itu balasanmu. Setelah beberapa minggu lalu aku mengirim pesan melalui akun socmed milikmu. Tanpa berpikir panjang, segera aku membalas pesan itu.
"Kosong kok dari pagi, ada apa?"
"Bisa bertemu? Di pelataran masjid Annur? Ba'da subuh?"
"Oke, in sya a Allah"

---

Kita tidak pernah benar-benar dekat. Selama ini kita bertegur sapa mungkin hanya untuk sekedar basa-basi. Atau, ah ya. Kita sering bertemu. Setiap itu pula aku selalu ingin tahu apakah kamu baik-baik saja. Tapi pertanyaan itu selalu tercekat di kerongkonganku. Malah huruf-hurufnya bermetamormofis menjadi obrolan super tidak penting. Sama sekali tidak mewakili pikiranku kepadamu. Atau kita hanya saling bertukar salam dan senyuman lalu kembali melintasi satu sama lain.

Kita tidak pernah benar-benar dekat. Tapi kita serupa. Tertutup dan rapat. Tidak memceritakan apapun pada siapapun. Sampai hari ini.
Kita duduk di pelataran masjid. Salam senyum dan basa basi. Hingga dhuha telah di penghujung waktu pun, kita tetap terdiam. Adzan yang berkumandanglah yang justru membantu membuka obrolah, "Yuk, wudhu!", ucapmu.

Aku pikir kita berjarak. Kamu di mataku seolah membangun tembok, yang aku sulit melewatinya. Sampai detik itu. Ketika aku merasakan, walau lemah tubuhmu terguncang di sampingku. Kamu menangis di dalam doa. Tanganmu menutupi seluruh wajah, khawatir menarik perhatian.
Aku, saat itu tak banyak membantu, hanya mengusap pelan punggungmu. Tak kusangka, kamu bercerita segalanya. Seolah tidak pernah ada tembok itu. Seperti kita telah mengenal lama dan selalu berbagi cerita di hari-hari sebelumnya.

Apakah hari ini, kita teman? :')


Semoga Allah persaudarakan kita dengan orang-orang baik,
Semoga Allah menolong kita memperbaiki setiap tali persaudaraan yang terbina

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.