Ema (6) - Fin

Bismillah,

2017

Seorang pemuda baru saja turun dari Kijang Super keluaran 90an. Ia menapak kaki lalu meregangkan otot-otot kaku ciptaan perjalanan melelahkan di kapal udara 10 jam. Belum lagi ia harus buru-buru mengejar bis lintas provinsi untuk benar-benar sampai ke tanah ini.
Sejenak nafasnya tertahan. Suasana negeri ini menghidupkan nostalgia masa tumbuh bermainnya dahulu. Kembali pula mengingatkannya tentang... Ema.
Ema?!

Pemuda itu memacu langkah ke sebuah sekolah tua. Lama sekali ditinggalkannya, gedung itu masih miris. Hancur tanggung. Tidak ada perbaikan lanjutan. Meja-meja dan kursi-kursi kini dikumpulkan di tengah lapangan, menyebabkan nasib benda-benda itu tak kalah menyedihkan. Lapuk pudar. Kalau saja tas yang dibawa pemuda itu menghempas meja, berderailah kayu-kayunya. Seperti muffin yang berantakan ketika kamu makan. Walau begitu, ada yang dicari oleh pemuda itu di balik laci-laci meja. Mungkin secercah harapan, atau... sebait pesan.
Tidak ada. tidak ada apa-apa di sana, di laci manapun. Kalau pun harus ada, itu hanyalah sebuah batu.
Ema!

Ia berpikir harus menemui gadis itu. Satu tempat yang dipikirkannya. Ia berharap semoga tempat itu tidak berubah.
Rumah Ema!

----

"Hari in..", Kalimat Milka terhenti oleh interupsi seorang jauh yang baru saja datang
"Ehm, Boleh kali ini saya saja?"
"Oh, Hai. Ng..Ya! Ya, silakan..."
"Terima kasih..."
...
"Ema, adalah gadis kecil yang membuat ummah seharian mengomeli saya. Saya ingat, hari itu ummah meminta saya membantunya menjajakan dagangan di pasar. Saya dengan jiwa bebas saat itu tentu saja mudah bosan, karena hanya menunggu pembeli yang datang. Sengaja atau tidak, saya lupa, yang jelas dagangan ummah tertinggal begitu saja. Entah dari mana datangnya, seorang gadis memangku dagangan itu di pinggang dan menjunjung sebagiannya di kepala. Dagangan ummah laris manis, cepat habis. Setidaknya begitulah ummah bercerita dengan disertai awalan, 'Untung ada Ema' dan akhiran setumpuk dosa kelalaian saya, termasuk yang lalu-lalu. Ha ha"
...

"Ema, adalah remaja yang telaten. Ia selalu berusaha meringankan beban orang lain, kenal atau tidak. Begitulah yang saya perhatikan. Jika kalian ingin tahu apa yang dilakukan Ema di hari minggu-nya, Ema pergi ke pasar ikan. Membantu ibu-ibu penjual udang membersihkan kotoran udang, ikan, dan sesuatu lain yang menurut banyak orang 'menggelikan'. Dengan demikian, hasil laut yang telah dibersihkan itu dapat dijual dengan harga yang lebih mahal. Menurutmu, apakah Ema mendapat upah? Hem, yang ada adalah, Ema langsung kabur setelah membersihkan ikan-ikan itu dan menyalami ibu-ibu penjual"
...

"Ema, adalah sosok dewasa tangguh yang tegar dan konsisten berjuang. Dalam perjuangan hidup Ema tergambar keikhlasan dan kesabaran. Ia menopang beban hidupnya, sendiri. Padahal sering sekali saya terpikir untuk menjadi pahlawan bagi perempuan ini, seperti Spiderman bagi Marry Jane. Tapi Ema, tidak mau menggantungkan dirinya pada orang lain. Bahkan tidak juga kepada saya.
...
Hing, "

Kisah itu terhenti oleh secarik kertas yang disodorkan Milka ke hadapan si pencerita.
"Untukmu,"
"... Oh," Dibukanya kertas kusam itu perlahan. Ia terhenyak. Surat itu ditujukan untuknya, untuk Zam. Dari Ema. Dibacanya huruf demi huruf di kertas itu.
Zam membeku, menggigit bibir bawahnya kuat sekali.
...

Zam beranjak, meninggalkan Milka di belakang.
Ia mencari sosok seorang kiyai di kerumunan depan. Ketika ditemukannya, Zam berbisik pelan pada kiyai itu, "Saya ingin menjadi imamnya"

Hari itu Zam menjadi imam bagi Ema, yang dideklarasikannya dengan empat kali takbir di hadapan ratusan warga yang berdiri di belakangnya. Zam adalah imam bagi Ema yang tenang dibalut kafan.

"Ema, saya bangga dapat membantumu," bisik hati Zam setelah salam. Hatinya pedih. Tangis yang susah payah dibendungnya sejak menemukan kerumunan warga di depan rumah Ema, akhirnya pecah.


-The End-

---- Epilog ----

Lewat subuh, syafaq merah sirna dan matahari telah terbit. Seorang gadis bersepeda menuju gedung sekolah tua. Ia mencari posisi meja karibnya.
Sesuatu terselip di balik laci meja itu. Dibacanya isi kertas itu. Ia tersenyum sejenak.
Lalu kemudian tersadar ini tidak wajar!
Karibnya sedang berjuang terhadap sesuatu di luar kesanggupan tubuh kurus itu.

============================

Terima kasih sudah membaca!
Ikuti kisah Ema (1-6) melalui link ini.
Ema (1)
Ema (2)
Ema (3)
Ema (4)
Ema (5)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.