Ema (5)

Bismillah...

2014

"Emaaaaa!"
Dari kejauhan aku bersemangat meneriaki karibku. Hari ini aku pulang. Libur lebaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah menjadi rutinitasku membantu Ema menyiapkan dagangan kue lebaran. Oke. Aku ralat, kita cukup tahu. Yah, paling tidak aku menemani Ema mengobrol dan cerita agar dia tidak mengantuk. Segera setelah membereskan barang-barang, aku berkeliling kampung mencari Ema. Teryata dia baru saja berjalan-jalan ke sekolah lama kami dengan sepeda super tua-nya. Ah ya, soal sekolah itu, kabarnya bangunan baru telah didirikan sebagai pengganti sekolah yang roboh. Lokasinya lebih strategis dan fasilitasnya pun serba baru. Jadilah sekolah lama kami sebagai warisan bangunan tua lengkap dengan meja dan kursinya yang mulai bolong-bolong dimakan rayap. Susunannya pun masih tetap, sebagaimana saat kami tinggalkan dulu.

Ema membalasku dengan lambaian tangan. Aku bergegas menujunya.
"Milka, kapan datang? Kenapa ngga ngabari? Aku bisa menjemputmu di stasiun?"
"Aku ngga mau merepotkanmu seperti kamu tidak pernah mau direpotkan aku. Ingat?"
"Haha, maaf deh.."
"Ck, untuk siapa lagi minta maaf-nya. Omong-omong, kenapa ke sekolah Ema?"
"Hem, ngga kenapa-napa Mil. Jalan-jalan sore aja"
"Ooh. Baiklah! Jadi kamu sudah beli bahan-bahannya?"
"Sudah, ada di rumah kok"
"Yiey! Jadi, kita start sekarang nih?"
"Ayo!"

...

Secarik kertas terselip di laci sebuah meja tua. Sesekali angin sore menghembusnya. Nyaris saja kertas itu diterbangkan angin ke udara bila tidak ada batu yang menghimpitnya. Di dalam kertas itu tertulis,
Hai! Terima kasih banyak.
Apakah penawaran itu masih berlaku?
Mungkinkah jika kamu menolongku dengan...
menjadi imamku?
-Ema

Bersambung

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.