Konsekuensi Mimpi
Bismillah,
Ada satu hal yang selalu (entah mungkin sengaja) tidak disebutkan oleh motivator "mimpi". Saya pikir, ini pula kiranya yang menyebabkan kata mimpi dipadankan dengan kata berani, sebagaimana mereka nyatakan dengan berani bermimpi
Yap, takut. Kenyataannya, dalam menggapai cita-cita dan mewujudkan harapan kita akan berhadapan dengan ketakutan. Rasa takut yang diciptakan oleh diri sendiri. Atau mungkin berasal dari pengaruh orang lain dan (lagi-lagi ada peran) diri sendiri memperparah perasaan itu. Kekhawatiran yang meresahkan garis hidup di masa depan.
Dan realita bercerita, tidak ada penggiat "berani bermimpi" yang menceritakan pada pendengarnya bahwa jika kamu berani bermimpi saat ini, konsekuensinya adalah suatu hari kamu akan bertemu dengan rasa takut. Takut yang mungkin saja melemahkan tekad. Takut yang membuat keyakinan mulai ragu, langkah menjadi gamang.
Namun, jika saja mereka menceritakan konsekuensi tersebut hari itu, mungkin tidak ada orang yang akan menjadi berani hingga hari ini. Tidak mampu menghidupkan keberanian diri. Tak berani melawan ketakutan dan kegelisahan ciptaan dirinya sendiri. Terlalu "hati-hati" hingga lebih memilih berdiam diri.
Dan saya mengungkapkan konsekuensi itu hari ini.
Lalu apa?
Lalu, hal yang saya pelajari adalah ketika diri bertemu dengan ketakutan itu, terdapat 3 pilihan untuk berani maju menghadapinya, mundur menghindarinya atau menundanya sementara. Tapi, jangan terlalu lama. Nanti lupa!
Hem, bukankah menakjubkan menghayati bagaimana Allah memampukan langkah dapat sampai pada titik ini bersama perasaan yang pernah mengiringi? :")
Ada satu hal yang selalu (entah mungkin sengaja) tidak disebutkan oleh motivator "mimpi". Saya pikir, ini pula kiranya yang menyebabkan kata mimpi dipadankan dengan kata berani, sebagaimana mereka nyatakan dengan berani bermimpi
Yap, takut. Kenyataannya, dalam menggapai cita-cita dan mewujudkan harapan kita akan berhadapan dengan ketakutan. Rasa takut yang diciptakan oleh diri sendiri. Atau mungkin berasal dari pengaruh orang lain dan (lagi-lagi ada peran) diri sendiri memperparah perasaan itu. Kekhawatiran yang meresahkan garis hidup di masa depan.
Dan realita bercerita, tidak ada penggiat "berani bermimpi" yang menceritakan pada pendengarnya bahwa jika kamu berani bermimpi saat ini, konsekuensinya adalah suatu hari kamu akan bertemu dengan rasa takut. Takut yang mungkin saja melemahkan tekad. Takut yang membuat keyakinan mulai ragu, langkah menjadi gamang.
Namun, jika saja mereka menceritakan konsekuensi tersebut hari itu, mungkin tidak ada orang yang akan menjadi berani hingga hari ini. Tidak mampu menghidupkan keberanian diri. Tak berani melawan ketakutan dan kegelisahan ciptaan dirinya sendiri. Terlalu "hati-hati" hingga lebih memilih berdiam diri.
Dan saya mengungkapkan konsekuensi itu hari ini.
Lalu apa?
Lalu, hal yang saya pelajari adalah ketika diri bertemu dengan ketakutan itu, terdapat 3 pilihan untuk berani maju menghadapinya, mundur menghindarinya atau menundanya sementara. Tapi, jangan terlalu lama. Nanti lupa!
Hem, bukankah menakjubkan menghayati bagaimana Allah memampukan langkah dapat sampai pada titik ini bersama perasaan yang pernah mengiringi? :")
Tidak ada komentar: