Behind The Scene LLP

Bismillah,

Seperti yang saya janjikan pada tulisan terakhir cerita Layang-layang Puti, cerita fiksi terpotong-potong yang kelanjutannya murni berdasarkan perjalanan harian saya, saya ingin menceritakan behind the scene LLP. Jadi saya sendiri  sama sekali tidak tahu akan bagaimana kelanjutan ceritanya saat menulis cerita ke-1, 2, 3 hingga 7, hehe. Inspirasinya saya peroleh secara independen, namun membentuk cerita yang saling terhubung. Tulisan ini akan benar-benar mendeskripsikan apa yang saya lihat dan rasakan sebelum menjadi apa yang mempengaruhi "episode kehidupan Puti"-tokoh fiksi karangan saya- sehingga menjadi sebuah cerita.

Begini ceritanya.

Hari Sabtu, beberapa hari sebelum cerita Layang-layang Puti 1 dibuat.
Saya pulang kampung, ziarah ke makam nenek. Hanya kurang dari 100 meter dari halaman rumah, kita dapat menemukan pantai bersih yang damai dan tak terlalu ramai. Mayoritas pesisiran pantai dipenuhi kapal-kapal nelayan yang digunakan untuk melaut. Masih di garis pantai yang sama, jika ditelusuri kita akan sampai ke pantai kota. Namanya pantai kota, tentu saja akan ramai. Sore hari kami sempatkan bersantai ke sana. Tetua duduk di pondok-pondok pinggir pantai sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Saya bermain sendiri mencari objek-objek menarik. Saat berjalan menyusuri pantai, saya nyaris tersandung benang bening yang hampir tak terlihat milik salah seorang penjual layangan. Betapa cemasnya jika tanpa sengaja benang itu putus karena saya. Begitulah, saya dapatkan objek layang-layang, yang menjadi topik cerita ini. Fotonya adalah gambar pendukung yang saya gunakan pada tulisan Layang-layang Puti 1.
Esoknya, seperti biasa, Minggu pagi dilaksanakan acara Didikan Subuh, program bimbingan mengaji dan Quran di masjid dekat rumah. Saya beberapa kali bercerita soal ini. Sekitar pukul 8 pagi, saya menyaksikan dua anak kecil berjilbab dengan seragam hijau-kuning memangku Quran, melewati jalan depan rumah saya. Acaranya selesai, peserta didikan subuh pulang ke rumah masing-masing. Beberapa orang di antara mereka ada yang pulang dengan sepeda.
Dengan interpretasi saya terhadap layang-layang, benang dan dua anak kecil tadi, tulisan itu hadir. Namun kali ini saya menantang diri sendiri membuat cerita yang sedikit berbeda, biar sok asik aja. Waktu itu saya bahkan tidak ambil pusing apakah LLP akan dilanjutkan atau tidak. Haha :))

Hm, di cerita ke-2. Inspirasinya dari curhatan teman. Lalu saya teringat cerita 1. Saya sambung saja cerita itu. Pada Layang-layang Puti 2, saya masih menceritakan interpretasi saya tentang perempuan dan "layang-layang"-nya. Jangan lemah pokoknya.

Lalu, cerita ketiga. Waktu itu saya belum bisa tidur. Lampu kamar sudah saya matikan, dengan tirai jendela saya biarkan masih terbuka. Saya menatap langit malam di luar jendela. Pernah tidak suatu malam melihat bulan sabit dengan bintang terang berada di dekatnya? Nah, itu, cantik ya? Tapi di sini saya membuat cerita melo, dipengaruhi oleh sebuah novel yang saya baca dengan kisah sad ending wkwkwkwk. Lalu saya memprediksi akan bagaimanakah episode kehidupan Puti dengan suasana ini. Oh ya, saya juga sedang senang-senangnya waktu itu dengan kata "semesta"!

Saya pikir, cerita Puti ini tidak akan ada sambungannya setelah cerita ke-3. Tapi di hari yang sama saat tulisan cerita Layang-layang Puti 4 dipublish, saya menemukan inspirasi baru! Lagi-lagi pantai. Pagi hari, papa mengajak kami marathon di Pantai Padang. Suasananya masih sangat sepi, pukul 6 pagi. Sambil menikmati ombak-ombak kecil yang beriringan membasahi pasir pantai, saya melihat sesuatu dari kejauhan. Objek itu adalaaaaaah.. biawak yang mati dan sudah gendut karna tubuhnya yang menyerap banyak sekali air *-* ini ngga penting lalala~~ di dekat biawak itu ombaknya lebih besar daripada di pinggiran pantai yang lain. Ada kelapa yang bergerak terdampar-hanyut berkali-kali mengikuti ombak yang membawanya. Inilah asalnya ombak yang mengembalikan harap di cerita ke 4-6 :)

Terakhir cerita 5 dan 7 (Saya mempublish cerita ke-6 lebih dahulu daripada cerita ke-5). Saya sudah di Bandung, dan inspirasi tulisan ini diperoleh ketika saya berjalan dari labtek 5 ke masjid Salman melewati kawasan seni rupa yang di sana terdapat galeri Soemardja. Itu saja. Dengan pengembangan lebih lanjut selesailah cerita Puti.

Sekian dan terima kasih =D

Bukankah di setiap kejadian ada hikmah yang tersimpan?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.