Mereka dan Ramadhan #1

Bismillah,

Dia adalah seorang pedagang makanan kaki lima dengan banyak pembeli langganan. Usaha ini dimulainya sejak tamat pendidikan menengah atas. Sampai saat ini, terhitung sudah lebih dari tujuh tahun dia bergelut dengan kompor, panci, minyak goreng, kertas nasi dan beberapa jenis lauk-pauk yang rutin didagangkan. Selama itu pula ia belum dapat lepas dari sebuah beban.

Beban itu diciptakan nuraninya sendiri. Dilema yang merupakan wujud dari perasaan bersalah pada Rabb. Ya, sejak awal ia berdagang tak pernah ia sekalipun berhasil melengkapkan qiyamullail di bulan Ramadhan. Ya, begitulah fitrah bekerja. Akal manusia dicipta untuk condong pada sebuah kebenaran. Allah masih menyayangi pedagang itu, dengan membuat nuraninya merasa bersalah terhadap sunnah muakkad yang ditinggalkannya.

Pada suatu malam Ramadhan, seorang perempuan berhijab cukup lebar, (mengenakan rok panjang pula!), mampir ke tendanya membeli lauk.

Keduanya, lalu terjebak dalam sebuah prasangka.

"Apakah orang-orang yang berjualan ini lebih memprioritaskan memperbanyak pendapatan dibandingkan kebaikan di bulan Ramadhan?", dzan ini tiba-tiba saja terbesit dalam pikiran perempuan itu.

"Kenapa si teteh justru belanja dan tidak memasak? Padahal saya begitu ingin memiliki waktu seperti beliau" protes si pedagang tak terucap

----
Lalu, di seberang sana ada seseorang yang mempertanyakan keadilan Rabb 'alamin.
Sungguh, Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui!

Semoga kita mampu mengontrol hati dan pikiran dari dzan-dzan yang merusak keindahan Ramadhan...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.