Pergi Tak Kembali

Bismillah,

Hem, judulnya terdengar seperti judul salah satu nasyid yang dipopulerkan Rabbani.
Tapi konteksnya berbeda.

Suatu hari dalam perjalanan pulang ke rumah,
Gigi: Ri, kalau misalnya kamu nih, mau datang ke rumah seseorang, hm misalkan saja salah seorang di antara teman kita, tapi waktunya ngga pas, orangnya lagi ngga bisa menerima tamu, kamu tetep bakal dateng?
Riri: tergantung keperluan aku.
Gigi: misal?
Riri: kalau keperluan itu bisa diwujudkan dengan selain dia misal, nawarin buat kerja kelompok bareng ke siapa yang mau sekelompok aja, ya aku coba ngontak yang lain dulu.
Gigi: selain itu?
Riri: Kalau cuma dia teman di kelas yang bisa diajak sekelompok atau ya asik aja sekelompok sama dia, aku bakal tetep dateng ke rumah dia. At least ngontak dulu lah, daripada pas sampe rumahnya dianya udah sekelompok sama yang lain ato ngga mau sekelompok sama aku haha
Gigi: tetep disamperin walau orangnya sedang tidak bisa menerima tamu?
Riri: kondisinya aku ngga tahu soal itu, kalau tahu ya aku datengin di saat-saat dianya bisa menerima tamu, sekalian aku bawa buku ato tugas-tugas untuk didiskusikan bareng deh.
Gigi: batasnya?
Riri: kalau tugasnya harus diselesaikan dalam dua hari aku sekelompok sama kamu aja deh Gi, haha. Kalo releasenya awal semester, dikumpul di akhir semester aku bisa aga nyantai menghubungi dianya kan..
Gigi: trus trus, kalau kamu udah dateng nih ke tempatnya, trus dianya bilang lagi ngga bisa diskusi sekarang karna alasan tertentu, sakit atau kendala lain gitu, kira-kira kamu akan datang lagi kah ke rumahnya?
Riri: Oh, ceritanya semacam aku diminta jangan datang sekarang atau kasarnya, diminta pulang dulu gitu?
Gigi: mungkin bisa dibilang begitu.
Riri: itu tergantung bagaimana ekspresi dan cara dia menjelaskan kalau dianya sedang ngga bisa diskusi pas aku dateng. Kalau dia jutek berarti ngga mau sekelompok, kalau ngga enakan besar peluang mau tapi memang lagi ngga bisa diskusi bareng pas aku dateng.
Gigi: jadi kalau kondisinya yang kedua, kamu bakal balik?
Riri: aku mungkin, tapi tidak ada jaminan pilihan itu juga yang dipahami orang lain. Tidak semua orang bisa menerjemahkan perasaan lawan bicaranya. Lumayan sih kalau ketemu, tapi sulit banget kalau aku kontakan dengan dia via medsos. Bisa jadi salah interpretasi menerjemahkan maksud masing-masing. Tapi ya hati seseorang siapa yang tahu, selain pemiliknya dan Rabb..
Gigi: Hm, pergi tak kembali ya?
Riri: kenapa gi? Ada yang ingin dikembalikan?
Giii: eh, iya nih. Aku ngutang 500 ya beli kue kukus kemarin? Ini Ri, terima kaseee~~~
Riri: hehe, sore hari ini saya terima piutang gigi sebesar 500 rupiah dan saya nyatakan telah lunas. Hehehe

Ya Muqallibal quluub,
Tsabbit quluubana 'ala diinik


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.