Layang-layang Puti (2)

Bismillah,

Suatu hari dalam perjalanan pulang ke rumah setelah bermain layang-layang,

"Oi Ti, dengarkanlah petuah Puti ini..."
"Iya, Siti dengar Put. Apa itu?"
"Padusi itu harus pandai memainkan layang-layang,"
"Itu kan permainan anak bujang, Put. Kata Abak padusi itu harusnya pandai memasak"
"Nah, dengarkan dulu elok-elok Siti, Puti belum selesai menyampaikan intinya.."
"Oiya, maaf maaf"

"Bukan layang-layang ini maksud Puti. Kalau layang-layang ini cukup Puti saja yang pandai, jangan pula Siti menyaing-nyaingi Puti, yo? Siti jadi asisten penggulung benang layangan milik Puti saja haha.
Layang-layang yang Puti maksud itu, hati kita. Memainkan di sini adalah mengontrol dan menggenggam hati. Padusi itu tak boleh lemah hatinya. Kalau kita punya layang-layang yang lemah talinya dan tak pandai menjaganya, layang-layang yang mewakili perasaan kita akan mudah putus lalu tersesat kemana-mana. Buya pernah berkata jadi anak perempuan itu harus tangguh. Jika memang suatu hari kita mendapati layang-layang kita lemah talinya, kita masih memiliki tangan dan naluri untuk menaksir kekuatan angin. Jika beresiko akan putus, segera gulung benang dan amankan layang-layang kita Siti..."

"Dengan memperbanyak istigfar, mengaji Al-Quran, dan menyerahkan segala urusan pada Allah?"
"Yep. Rancak bana! Yo Pandai Siti kawan ambo ko~~"


Dear Perempuan...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.