Psikolog Cengeng

Bismillah,

Salah satu anak saya (jangan lupa saya punya anak 27 orang :3, ya) bercerita tentang cita-cita dengan temannya,

Temannya: Anti* nanti mau nyambung ke mana rencananya?
Subjek: Ana** masih menimbang-nimbang universitasnya sih, tapi insya Allah jurusannya udah fix. Ana mau ambil psikologi.

Temannya: Oiya, emang anti sering dijadiin tempat curhat sih hehe
Subjek: Iya, tapi ana ada kelemahannya justru di sana...

Temannya: Apa memangnya?
Subjek: a..
Temannya: Oh, ana tahu! Hahaha

Subjek: Iya kan, hiks! Ana paling ngga bisa diajak curhat sambil nangis-nangis. Nanti ana bisa ikut nangis. Gimana yah, hati ana lemah (Dari nadanya, kedengaran khas gaya mendramatisirnya)

Saya yang di dalam kamar sakit perut ketawa sendiri ngebayangin kalau seandainya itu terjadi.
Bisa-bisa dalam ruangan konseling yang ada adalah main tangis-tangisan. Never ending crying :))
Btw, iya saya ketawa sendiri aja demi menjaga image sebagai pembina asrama >:-[

Ini cuma lucu aja sih. Saya tidak bilang bahwa jadi psikolog ngga boleh nangis. Atau jadi dokter ngga boleh sakit, atau jadi guru ngga boleh malas, atau jadi penjahit ngga boleh sakit mata.
Semua manusia punya peluang untuk menangis, merasa sakit, merasa malas dan sebagainya.
Tapi sungguh, hal yang menakjubkan dari menyaksikan orang-orang yang passion terhadap pekerjaannya adalah orang tersebut menjadi orang yang terdepan dan "tough" di bidangnya.
Psikolog adalah orang yang berusaha menjadi orang yang hatinya paling kebal dan pikirannya paling jernih bila dihadapkan pada suatu masalah.
Dokter adalah orang yang berusaha paling keren dalam menjaga makan, minum dan segala sesuatu yang masuk ke tubuhnya agar tetap sehat.
Dan guru, adalah orang yang paling kuat tekadnya tetap ke sekolah untuk mengajar dan setiap hari...

Ah, orang-orang yang berdedikasi itu memang mengagumkan sekali!

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.