Punya Anak
Bismillah...
Saya sekarang punya anak.
Dua puluh lebih.
Saya sekarang punya anak.
Gadis-gadis di masa peralihan yang dihiasi bahagia dan jerih
--Banyak yang bertanya kenapa saya "mau" memilih peran sebagai guru asrama--
Iya. Akhirnya di pondok ini, saya memilih menjadi guru asrama. Di sini guru asrama seperti musyrifah yang siang malam membimbing anak-anak belajar. Belajar tentang kehidupan.
Malam, siap untuk ditanyai apapun. Anak-anak dari 3 jurusan, IPA, IPS, dan STT (Sekolah Timur Tengah) butuh tempat bertanya dan diskusi. Keberadaan saya di sana salah satunya sebagai tempat bertanya dan diskusi. Pertanyaannya, masihkah ilmu itu tersimpan rapi di dada? Tanpa cacat tanpa cela? Malam juga, menerima pesan dari anak-anak untuk dibangunkan jam 3. Mereka ingin shalat dan belajar. Lalu pertanyaannya lagi, sudahkan saya bangun rutin setiap hari jam 3 dalam keadaan boleh atau tidak?
Pagi memastikan mereka bertanggung jawab atas kebersihan diri dan lingkungan. Bertanggung jawab atas waktu dan kedisiplinan. Selanjutnya giliran saya pun ke sekolah melaksanakan tugas & kewajiban. Saya pun bertanya-tanya, sungguh sudah benarkah tanggung jawab saya atas pribadi dan lingkungan saya?
Siang, mengingatkan agar mereka istirahat yang cukup dan makan agar tidak sakit. Pertanyaannya, sudahkah saya berbuat baik terhadap diri saya sendiri dan orang tua?
Sore, membimbing halaqah-halaqah, setoran hafalan dan berbagai kegiatan positif lainnya. Lalu saya pun bertanya sudahkah saya memenuhi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan meninggalkan kesia-siaan?
--Saya mohon ampun pada Allah. Ternyata saya sungguh sangat egois. Saya amat sadar, bahwa segala pertanyaan dan jawaban kembali kepada diri saya. Sesungguhnya, bukan saya yang membimbing mereka belajar tentang kehidupan tetapi keberadaan gadis belia inilah yang mengajarkan saya tentang kehidupan dan kemanusiaan, dalam perjalanan mengisi hidup dengan kebaikan menuju mutiara keteladanan--
Saya tidak pernah tahu rahasia tentang masa depan, rintangan apa kiranya yang akan saya hadapi bersama mereka. Tapi semoga Allah membuka pikiran mereka, menunjukkan jalan kebaikan untuk mereka, menjaga hati mereka, dan meridhoi mereka di dunia dan akhirat.
Salam,
Saya yang sedang berjuang
Saya sekarang punya anak.
Dua puluh lebih.
Saya sekarang punya anak.
Gadis-gadis di masa peralihan yang dihiasi bahagia dan jerih
--Banyak yang bertanya kenapa saya "mau" memilih peran sebagai guru asrama--
Iya. Akhirnya di pondok ini, saya memilih menjadi guru asrama. Di sini guru asrama seperti musyrifah yang siang malam membimbing anak-anak belajar. Belajar tentang kehidupan.
Malam, siap untuk ditanyai apapun. Anak-anak dari 3 jurusan, IPA, IPS, dan STT (Sekolah Timur Tengah) butuh tempat bertanya dan diskusi. Keberadaan saya di sana salah satunya sebagai tempat bertanya dan diskusi. Pertanyaannya, masihkah ilmu itu tersimpan rapi di dada? Tanpa cacat tanpa cela? Malam juga, menerima pesan dari anak-anak untuk dibangunkan jam 3. Mereka ingin shalat dan belajar. Lalu pertanyaannya lagi, sudahkan saya bangun rutin setiap hari jam 3 dalam keadaan boleh atau tidak?
Pagi memastikan mereka bertanggung jawab atas kebersihan diri dan lingkungan. Bertanggung jawab atas waktu dan kedisiplinan. Selanjutnya giliran saya pun ke sekolah melaksanakan tugas & kewajiban. Saya pun bertanya-tanya, sungguh sudah benarkah tanggung jawab saya atas pribadi dan lingkungan saya?
Siang, mengingatkan agar mereka istirahat yang cukup dan makan agar tidak sakit. Pertanyaannya, sudahkah saya berbuat baik terhadap diri saya sendiri dan orang tua?
Sore, membimbing halaqah-halaqah, setoran hafalan dan berbagai kegiatan positif lainnya. Lalu saya pun bertanya sudahkah saya memenuhi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan meninggalkan kesia-siaan?
--Saya mohon ampun pada Allah. Ternyata saya sungguh sangat egois. Saya amat sadar, bahwa segala pertanyaan dan jawaban kembali kepada diri saya. Sesungguhnya, bukan saya yang membimbing mereka belajar tentang kehidupan tetapi keberadaan gadis belia inilah yang mengajarkan saya tentang kehidupan dan kemanusiaan, dalam perjalanan mengisi hidup dengan kebaikan menuju mutiara keteladanan--
Saya tidak pernah tahu rahasia tentang masa depan, rintangan apa kiranya yang akan saya hadapi bersama mereka. Tapi semoga Allah membuka pikiran mereka, menunjukkan jalan kebaikan untuk mereka, menjaga hati mereka, dan meridhoi mereka di dunia dan akhirat.
Salam,
Saya yang sedang berjuang
Tidak ada komentar: