Bahagia-mu

Bismillah...

Kita, Kamu, Aku. Mungkin tak paham bagaimana rasanya menjadi dirinya yang bekerja membanting tulang, siang malam. Demi butir-butir nasi pengganjal perut. Berpeluh mengucur sehari-hari mengangkut berkarung-karung barang dari truk ke gudang. Atau, duduk termenung di siang terik menunggu dagangan yang tak kunjung disinggahi pembeli. Atau, Memikul keranjang di pinggang dan sesekali menjunjungnya di kepala seraya meneriakkan dagangan, berharap seseorang menjawab sahutan dan bersedia membeli seporsi. Kehidupan telah membuatnya bersusah hati. Bahkan di pikiran hanya uang yang memenuhi.
Namun, setiap orang mungkin akan bertemu saat-saat ketika ia berada di titik terbawah kehidupan.
Tapi...
Tapi..
Tapi. Sungguh, ketika masa itu datang, jangan sampai harapan dan keyakinan menguap.
Jangan melupakan doa, jangan menggadaikan kebahagiaan dan menggantinya dengan uang.

Bahagia-mu adalah harta berhargamu. Bahagia-mu adalah yang utama. Bahagia-mu bersumber dari kesyukuranmu. Bahagia-mu itu, engkau yang ciptakan. Tersenyumlah untuk memperoleh bahagia-mu. Dan senyum itu tak boleh luntur dari wajahmu.

Jika tak kau ciptakan bahagia itu, aku khawatir.
Dalam mata tak lagi ditemukan cahaya.
Dalam langkah hilanglah arah.
Dalam kehidupan tersisa kematian.
Aku tak ingin itu terjadi, Kawan.

Berbahagialah...


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.