Terkurung dalam Gelap
Bismillah,
Suatu hari Riri bercerita pada sahabatnya Gigi,
Terkurung dalam Gelap.
Saat gelap menghampiri,
Ada dua perilaku manusia.
Pertama, dia yang begitu takut sampai-sampai tak bergerak. Mematung saja.
Terlebih kurungan ini tak familiar.
Otaknya tak pernah merekam bagaimana kiranya tempat ini.
Pikirannya melayang-layang, bagaimana jika di kurungan ini ada ranjau?
Jadi, dia hanya diam menunggu cahaya datang kembali.
"Sabar" mengerdip-ngerdipkan mata berulang kali,
agar dapat beradaptasi dengan gelap.
Kemudian terbiasa dengan gelap itu sendiri.
Sampai akhirnya lupa dengan cahaya.
Kedua, dia yang memiliki kekhawatiran sama.
Namun berdiri, berjalan, menggapai sekitar yang dapat dijadikan penopang.
Mencari sumber cahaya, walau sekecil apapun itu.
Kalau pun tak ia temukan sumber cahaya dalam kurungan, ia akan mencari pintu
Setidaknya ia pernah tahu bagaiamana bentuk gagang pintu, gerendel, atau sejenisnya
ia akan terus berjalan sampai benda itu ditemukannya
Sampai akhirnya ia sungguh bertemu dengan cahaya.
Gigi hanya mengangguk-angguk tanda menyimak cerita Riri.
Lalu, Riri bertanya padanya,
"Hei, Gi. Menurutmu bagaimana jika gelap itu adalah wajah lain dari kebodohan? Atau malah gelap itu sesungguhnya adalah jelmaan maksiat?"
Gigi berkata,
"Hm, jika gelap itu adalah wajah dari kebodohan, ilmu adalah cahayanya. Jika gelap itu jelmaan maksiat, amal shalih adalah cahanya. Kedua cahaya itu bersumber pada satu hal yang sama, Al-Quran. Mengarah pada tujuan yang sama, Rabbul 'Alamin"
Riri tersenyum penuh arti mendengar jawaban Gigi. Baru saja ia akan bicara lagi, Gigi memotongnya,
"Ya ampun, tentu saja aku berharap dan berusaha menjauh dari sikap pertama, Ri!"
Suatu hari Riri bercerita pada sahabatnya Gigi,
Terkurung dalam Gelap.
Saat gelap menghampiri,
Ada dua perilaku manusia.
Pertama, dia yang begitu takut sampai-sampai tak bergerak. Mematung saja.
Terlebih kurungan ini tak familiar.
Otaknya tak pernah merekam bagaimana kiranya tempat ini.
Pikirannya melayang-layang, bagaimana jika di kurungan ini ada ranjau?
Jadi, dia hanya diam menunggu cahaya datang kembali.
"Sabar" mengerdip-ngerdipkan mata berulang kali,
agar dapat beradaptasi dengan gelap.
Kemudian terbiasa dengan gelap itu sendiri.
Sampai akhirnya lupa dengan cahaya.
Kedua, dia yang memiliki kekhawatiran sama.
Namun berdiri, berjalan, menggapai sekitar yang dapat dijadikan penopang.
Mencari sumber cahaya, walau sekecil apapun itu.
Kalau pun tak ia temukan sumber cahaya dalam kurungan, ia akan mencari pintu
Setidaknya ia pernah tahu bagaiamana bentuk gagang pintu, gerendel, atau sejenisnya
ia akan terus berjalan sampai benda itu ditemukannya
Sampai akhirnya ia sungguh bertemu dengan cahaya.
Gigi hanya mengangguk-angguk tanda menyimak cerita Riri.
Lalu, Riri bertanya padanya,
"Hei, Gi. Menurutmu bagaimana jika gelap itu adalah wajah lain dari kebodohan? Atau malah gelap itu sesungguhnya adalah jelmaan maksiat?"
Gigi berkata,
"Hm, jika gelap itu adalah wajah dari kebodohan, ilmu adalah cahayanya. Jika gelap itu jelmaan maksiat, amal shalih adalah cahanya. Kedua cahaya itu bersumber pada satu hal yang sama, Al-Quran. Mengarah pada tujuan yang sama, Rabbul 'Alamin"
Riri tersenyum penuh arti mendengar jawaban Gigi. Baru saja ia akan bicara lagi, Gigi memotongnya,
"Ya ampun, tentu saja aku berharap dan berusaha menjauh dari sikap pertama, Ri!"
Tidak ada komentar: