Menuju Cita [2]

Bismillah,

Hari ini bangun pagi bersyukur mata ini masih terbuka di saat pagi datang. Tapi tidak ada yang begitu istimewa hanya karena libur nasional. Hanya rencana liburan untuk mengerjakan tugas yang ada di kepala.
Mulailah laptop dihidupkan. Connectify diaktifkan. Terdengar handphone berdering-dering notifikasi masuk dari berbagai aplikasi. Tangan bergerak menekan logo gmail. Ada 2 email, yang satu bisa dihiraukan karena hanya promosi biasa, yang satu lagi dari Sensei.

Dulu, di awal-awal perkuliahan saya mengambil sks hanya sebagai syarat pemenuhan sks yang belum terambil. Berpikir perkuliahan satu semester ke depan akan biasa-biasa saja. Menjelang akhir-akhir perkuliahan barulah terasa, bahan ajar kuliah sangat sesuai dengan interest. Menikmati perkuliahan walaupun tetap tak beda rasanya tingkat 3 dengan tingkat 4. Tapi itulah saya, bukan tipe orang yang berorientasi nilai. Saya hanya suka proses belajar, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu. Menjadi paham, belajar, dan bertambah ilmu. Saya selalu suka hal itu. Saya senang.

Pun ketika memilih topik intern di negri sakura. Hanya dengan mengeja judul topik, ada banyak hal menarik yang berseliweran di kepala, walaupun dengan setumpuk kosakata baru di otak yang tak dipahami sama sekali. Saya nekat memutuskan akan fokus pada topik itu. Akhirnya saya tiba di negri nan jauh sana.

Saya baru. Saya orang baru. Menjadi bagian dari lab di kampus itu pun baru. Terjun ke dalam topik itu juga baru. Tapi Sensei mengajarkan saya banyak hal. Mendiktekan satu per satu setiap kosa kata di beberapa paper dan bertanya apakah saya memahami statement yang tertulis di sana. Benar-benar ingin agar saya mengerti.

Beberapa minggu di sana membuat saya mulai membuka mata. Ketika pulang, dilanjutkan dengan penjelasan-penjelasan detail dari ibu pembimbing yang sabar menghadapi tingkah laku saya. Yang tetap tenang menghadapi otak saya yang masih lama mencerna. Yang memperbaiki kesalahan-kesalahan kecil dari analisis yang saya berikan. Ya, saya belajar. Alhamdulillah saya belajar begitu banyak hal.

Beberapa minggu belakangan terbesit ide untuk berterima kasih pada Sensei. Tapi bingung harus berkata apa dan masih malu jika ditanya macam-macam. Tapi pagi ini malah beliau yang mengirimi saya email, bertanya kabar dan menawarkan saya ikut master program serta menjadi salah satu lab member beliau.

Senang? Alhamdulillah tentu saja. Teringat tentang mimpi yang tertulis di atas kertas 6 tahun lalu. Kertas yang masih saya jaga. Jalan menuju cita itu Allah bukakan, Allah dekatkan.
Tapi, di saat yang sama kembali mengingat azzam yang telah tertanam dalam hati untuk menyelesaikan proyek hidup sebelum wisuda. Seperti dulu, ketika membuka lembar catatan kehidupan baru dari pondok hijau ke kampus gajah, saya ingin siap menghadapi dunia nyata dengan segala problematikanya. Begitu pun kini, bila saya keluar dari kampus ini dan memutuskan untuk bertualang ke negri orang, saya ingin dalam kondisi lebih siap menghadapi dunia ini dengan segala hiasan fananya. Hanya berusaha untuk memurnikan niat, meluruskan langkah yang sering kali terbelok kian kemari. Menyatukan diri dengan sahabat sejati dunia akhirat. Memperbaiki tameng diri sebelum peluru-peluru dosa menghancurkan hati dan meluluh-lantakkan iman.

Pada akhirnya ada yang harus dikorbankan. Saya hanya berpikir saya akan lebih merugi bila mengorbankan akhirat. Meyakinkan diri, menguatkan tekad untuk melangkah menuju "masa depan". Bukankah jalan kehidupan bagi sahabat-sabahat Quran itu jauh lebih indah nantinya?
Sungguh, saya adalah orang yang percaya bahwa kesempatan itu datang berkali-kali dengan keelokan waktunya sendiri. Ia datang berkali-kali dan menghampiri. Kesempatan terlipih akan menggiring dia yang berpihak pada Ilahi.

--Salam Sukses Selalu
--Khairukum man ta'allama Al-Quran wa 'allamah

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.