Indexing & Selection

Bismillah,

Yep, thats the main topic we will discuss in this post.
Stop it, stop it. I won't say anything about some indexing techniques in operating system, or some methods/ queries to access tuples in DBMS or that kind of systems. Thayyib, tanpa memperpanjang muqaddimah mari dengarkan saya bercerita. Yuk,

>> ctt: ini post kepanjangan karna banyak omelannya. Jadi yang di-italic dalam tanda kurung di-skip aja, please :))

Dulu, seingat saya ketika saya kelas 1 KMI, (duh saya ngga perlu jelasin lagi kan KMI itu? Apa? Masih ga tw? Hari gini? Hem, dikasi tw lagi deh, tapi janji ya besok jangan nanya-nanya lagi? Iya, dikasi tahu, tahu aja ya ngga pake tempe, kan? Kapan ngasi twnya!!! Iyee ini nih, KMI itu Kulliyatul Mu'allimat el Islamiyyah, setara sekolah menengah atas di sekolah saya dulu. Apa? ngga tw saya sekolah di mana? Itu baca di samping "Salam Hangat". Apa ngga bisa baca? Ngapain ke sini? *pasang tampang paling ramah sedunia* Oh, cari tas? Wah, di sini bukan tempat penitipan barang. Maapin nyaak...dan keburu ngantuk ngga jadi cerita. Bye! Aduh, maaf saya random. Udah malem, ikan seharusnya bobo. Oke, lanjut cerita.), pertama kali saya menemukan buku novel tebal berjudul "Dunia Sophie". Mungkin buat pembaca pemikiran-pemikiran filsafat tahu buku ini. Buku yang bercerita tentang tokoh bernama Sophie Amundsend yang mulai mengarungi kehidupan secara sadar sehingga sering kali melibatkan berbagai -subjektifitas- pemikiran filosofisnya tentang kehidupan. Ada bagian dari statement awal tokoh yang cukup menggelitik saya (aduh geli! Si Sophienya keluar dari buku trus ngegelitik saya, gitu? Gak lah) adalah ketika Sophie berkata bahwa komputer lebih hebat dari otak manusia. O, tentu saya tidak terima. Saya ingin membuktikan bahwa komputer masih amat jauh tertinggal dari teknologi otak manusia. Tapi ilmu saya masih belum sampai untuk memberikan pemaparan yang baik tentang itu. Pun, saya tersandung oleh batu yang melintaskan bisikan bahwa pernyataan itu benar adanya secara logika, ah! Tetap saja hati saya menolak. Jadi, saya memutuskan harus dapat menemukan jawaban itu kelak, apa poin utama dari perbedaan teknologi otak dan komputer sehingga Sophie bisa mengatakan bahwa komputer lebih canggih daripada otak manusia. Mungkin ini satu dari banyak alasan saya melabuhkan kapal di samudera informatika, heheh (penting gitu?)

Akheernya, saya mendapatkan jawaban yang dicari-cari ketika tingkat 4. (Ma sha Allah! Ahsanti, ahsanti!). Jawaban ini terinspirasi dari cerita dosen saat kuliah. Seperti clue yang sudah saya mention pada judul post ini, semua itu berkaitan dengan pengaksesan informasi dan pengambilan keputusan. Indexing & Selection.


Kita mungkin heran, bagaimana bisa mesin pencari Google, menemukan sekitar 55,500,000 hasil pencarian keyword terkait hanya dalam waktu 0.32 detik seperti gambar di atas (lo harus bilang WoW!). Cobalah bandingkan dengan kerja otak kita. Bisa 4 kemungkinan hasil pencarian (yang kepikiran di saya). Antara 0 second 0 result, 0 second 1 result, unidentified time 1 result, atau lebih parah lagi unidentified time without any result, karna ga pernah punya pengetahuan sama sekali tentang topik yang ditanyakan. Kenapa saya beri opsi hanya ada satu jawaban? Tidak seperti Google yang menampilkan hasil pencarian dalam bentuk list hasil pada media layar, sehingga mampu menampilkan banyak jawaban, manusia hanya punya satu media deklarasi jawaban, yaitu mulut, ucapan (saya ngga bilang media komunikasi, nanti malah salah ditafsirkannya. Soalnya media komunikasi bisa dengan mata dan body language. Tapi serius aja, kalau mata kita dikedip-kedipin memangnya orang bisa tw kalo yang kita maksud paper2 di IEEE Xplore? Memangnya kalau badan kita gerak, goyang kiri kanan, orang bisa paham kalau kita mw ngasi tw speech recognition itu bla bla bla? Gak kan? Nah!).

Sebuah sistem teknologi yang menyediakan layanan pencarian/ akses informasi memiliki modal utama, yaitu indexing. Algoritma indexing yang tepat menjadikan sistem dapat menemukan suatu objek pencarian dengan efektif dan efisien, dan kebanyakan memang fokus pada tingkat efisiensi performansi sistem tersebut. Nah, algoritma indexing yang diterapkan di Google agaknya sangat mangkus sehingga sistem ini mampu menampilkan hasil pencarian dengan kuantitas banyak dalam waktu relatif singkat.

Namun demikian, jangan langsung menyimpulkan bahwa otak kita lemah dalam urusan pengaksesan informasi. Mungkin kita lupa satu hal yang justru jadi bagian paling penting, bahwa sampai saat ini algoritma selection yang bekerja baik selalu dieksekusi di dalam otak manusia (sampai saat ini penelitian tentang machine learning terus dikembangkan). Otak kita menyimpan informasi secara lebih kompleks dengan langsung memberikan relasi/network antar informasi (tahukan neuron? Nah itu. Ayo diliat2 lagi neuron menerima & menyampaikan stimulus tuh gimana). Dengan memanfaatkan relasi yang tersimpan antara satu informasi dengan informasi lainnya, manusia dapat mendeklarasikan keputusan yang tepat dari sekian banyak alternatif yang berseliweran di otaknya. Walaupun satu mulut tapi paling baik relatif terhadap informasi yang ingin disampaikan (ngga mau juga kan, punya mulut yang tiba-tiba tumbuh satu, hilang satu cuma untuk mendeklarasikan hasil pencarian. Trus mulutnya bacain konten web satu per satu. Ribut sudah dunia. Serem jiddan, haqqan!). Sementara Google hanya memberikan hasil pencarian, tapi tak dapat memutuskan. Kalau tidak ada keputusan, data tidak bisa jadi informasi kan?

Sementara itu, Rabb, Sang Grand Designer otak manusia, tidak mengimplementasikan teknologi indexing ini di otak kita sebagai metode pencarian utama, tetapi langsung menyusun DBMS bernama Otak dengan menyimpan data+relasi. Indexing itu teknologi robot, dan kita manusia. Mau tahu kenapa? Wallahu ya'lamu wa antum la ta'lamun. Sungguh Allah lebih mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Yang jelas perkara ini sudah diberitakan pada kita sebelumnya dalam Manual Book kita, Al-Quran, bahwa manusia itu diciptakan dengan sebaik2 teknologi (redaksi saya). Artinya, teknologi otak itu adalah sebaik-baik teknologi dalam pandangan Rabb. Tetapi, kelak bila masanya tiba kita akan berteman dengan penyakit tua dan lupa. Kalau indexing itu juga diterapkan di otak kita, ah, mungkin interaksi dengan Quran hanya sebatas scanning & tempel-ing (baca sekilas, trus udah nempel ditinggalin deh). Tidak ada kenikmatan di dalamnya. Orang-orang dengan nilai terbaik dalam suatu ujian tidak akan istimewa karna hampir semua orang dapat mengakses kembali dengan mudah informasi yang pernah dipelajarinya di kelas. Ya itu tadi, semua hanya akan jadi robot. (Mungkin otak kita bentuknya bisa jadi tabel-tabel yang berisi terlalu banyak tuple trus ini trus itu. Jadi dokumen .xls aja sekalian -_-) Dan lagi subjektifnya saya, kalau indexing di otak manusia telah sempurna (oiya, saya ngga bilang manusia ngga bisa meng-indeks lho ya.), algoritma indexing dalam suatu sistem teknologi itu pun jadi useless, dan tidak akan laris manis seperti sekarang. Teknologi itu untuk meringankan kerja manusia. Menurut hukum alam, atau bahasa kerennya sunnatullah, yang membuat dengan izin Rabb selalu lebih canggih dengan yang dibuat. (Masa ada rendang yang ngajarin saya cara bikin dia sendiri? Aneh, kan?)


--La'allakum tatafakkarun, la'allakum ta'qilun, la'allakum tuflihun
--Berfikir menggunakan akalmu agar kamu beruntung

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.