Empat Tahun

Bismillah,

Seorang ukhti mengingatkan tentang tanggal 10.04.10-10.04.14.
Ya, genap empat tahun sudah berlalu dari 2010 hingga 2014.

Empat tahun sebelum empat tahun yang lalu,
Menyambut tahun akhir menjadi santri Diniyyah Mengengah Pertama. Aku menyatakan dengan jelas pada karibku bahwa aku akan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di kota ku. SMA terbaik di kotaku bahkan bisa jadi di Sumatera Barat. Sementara dia dengan mantap menyatakan bahwa ia akan lanjut sekolah di "Penjara Suci" ini, begitu anak-anak menjuluki gedung asrama kami. Hampir tiga tahun aku di sini aku paham artinya istilah itu. Setiap kali pulang kalian akan berhamburan memenuhi asrama, mengepak barang-barang, dan tidak lupa dengan setumpuk rencana liburan. Sebaliknya, setiap harus kembali lagi dan menatap papan nama tua raksasa di depan bangunan asrama, kalian akan merasa deg-degan karna kenakalan yang mungkin kalian lakukan di rumah harus dibersihkan lagi di sini.
Namun, siapalah yang menyangka bahwa nyatanya setelah satu tahun terlewati, aku yang kembali melangkahkan kakiku ke perguruan ini. Tentu saja bukan perguruan silat, maksudku adalah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Tapi bukan lagi sebagai santri Diniyyah Menengah Pertama, melainkan santri Kuliyyatul Mu'allimat el Islamiyyah. Bagaimana dengan temanku? Aku tidak menemukannya di hari perdana para santri harus di asrama. Ya, kami berkebalikan karna malah dia yang melanjutkan sekolah di luar, di madrasah aliyah di kota tempat tinggalnya.
Jadi aku akan tiga tahun lagi di sini menyandang title "Santri Diniyyah Puteri".

Empat tahun setelah empat tahun yang lalu, yaitu empat tahun sebelum hari ini,
Menjelang dzuhur tadi kami baru selesai berbaris naga. Mengantri bersalaman dan mendengar pesan terakhir dari pada ustadzaat. Kami menggenggam setiap tangan ibu guru dan mendekatkannya ke dahi. Betapa berterimakasihnya kami pada beliau. Guru terbaik yang kami miliki. Guru yang dulu menyambut kami dengan tangan terbuka dan melepas kami dengan penuh harap. Harapan agar kami mampu menerjang ombak, tidak silau akan teriknya matahari dalam pelayaran, menahan sakitnya luka akibat dihantam air laut.
Aku akhirnya benar-benar menamatkan pelajaran formalku di perguruan ini. Akan tetapi, pelajaran tentang hikmah yang kugali selama di sini tidak akan pernah berakhir. Sekolah ini memberi bekal berharga bagiku. Menanamkan nilai-nilai kehidupan. Aku telah menghabiskan hampir setengah dari kehidupan sadarku di Diniyyah Puteri.
Menikmati setiap detik kebersamaan bersama saudariku Pasukan Muslimah, di bangunkan oleh bel yang bunyinya, hem, u know lah, sarapan pagi yang entah kenapa mayoritas menunya adalah tribol, berangkat ke sekolah yang kalau terlambat harus memungut sampah. Oh ya, di sekolahku itu sulit sekali mencari sampah. Sampai-sampai hanya untuk mengutip lima buah sampah kami terpaksa mencabut daun. Haha, aku pernah melakukan itu, tentu saja daunnya telah menguning. Ketika di sekolah, jika seorang di antara kami shalat duha, yang lain juga akan ikut shalat, waktu istirahat kami bisa berebut jajanan enak di kantin mini, di kelas saling berdiskusi dan berlomba-lomba. Sore hari membaca ayat, waktu baca ayat adalah sore hari sekitar pukul 6 menjelang shalat maghrib waktu setempat. Hal yang paling menyenangkan adalah sebagai santri tingkat atas kami yang mengawas kegiatan ini. Datang langsung ke asrama adik-adik, dan saatnya iseng membongkar-bongkar lemari siapa tahu kedapatan piring kotor yang belum dicuci. Kalau bekas makan siang atau sebelum itu tidak ada toleransi akan didenda, kalau bekas makan malam, mungkin bisa jadi kami musyrifah memberikan keringanan atau tidak sama sekali, fufufu. Malam hari kami belajar bersama, bertukar cerita, diskusi. Sebulan sekali akan ada acara bulanan dari organisasi mahasiswa. Menjelang kelulusan kami sering sekali memasak dan mengadakan bazar. Uang hasil bazar biasanya akan kami pakai untuk membeli kenang2an untuk sekolah. Dan lain-lain dan lain-lain dan lain lain.
Ya, kami Pasukan Muslimah telah bersama empat bahkan enam tahun. Hari ini tepat nama itu rilis beserta dokumentasi mimpi-mimpi kami.
Di sekolah ini kami mengamati bendera negara di berbagai belahan dunia,
Di sekolah ini kami menatap lekat motivasi "Harus Bisa!"
Di sekolah ini kami membangun cita-cita hari esok,
Di sekolah ini kami tumbuh bersama, bermain bersama
Di sekolah ini, aku menyimpan kenangan terindah bersama kalian :')
Aku rindu kalian

Empat tahun setelah empat tahun lalu, yaitu hari ini,
Aku duduk di depan laptop menulis tulisan ini. Aku memikirkan kalian. Aku ingat cita-cita kita. Aku hanya ingin bilang jangan pernah melepaskan cita-cita itu teman. Teruslah berjuang, karena manisnya hidup terasa setelah pahitnya perjuangan.
Ah, aku tidak tahu ingin bilang apa tapi aku merindukan kalian! >,<

Empat tahun setelah hari ini,
Aku mungkin kembali duduk di laptop yang bisa jadi tetap sama atau baru dan lebih canggih. Haha. Siapa tahu aku diberi hadiah laptop baru, high quality, atau laptop yang saat ini kugunakan minta di pensiunkan. Kita sama-sama tahu umur teknologi bisa tumbuh tinggi dan berkembang gemuk oleh penerapan ilmu pengetahuan hanya dalam 6-8 bulan. Satu hal yang harus berbeda adalah aku tidak lagi duduk bersimpuh di koordinat bumi yang sama. Aku harus berada di belahan bumi lain yang jelas bukan latitude longitude Indonesia. Mungkin di 51.5072° N, 0.1275° W atau di
36.444210° N, 136.592067° E. Aku mengejar mimpi :)

Empat tahun setelah empat tahun dari hari ini,
Aku masih sama dengan empat tahun yang lalu, mengejar mimpi.
Tapi aku tidak lagi sendiri, bisa jadi sejak empat tahun lalu :3 #eh

Tapi tentu saja entah kapan di waktu yang aku tak bisa definisikan. Mungkin cerita empat tahun setelah ini dan empat tahun setelahnya bisa jadi tidak akan pernah ada, bisa jadi pula ia lebih indah daripada yang aku bayangkan. Yang jelas, aku akan mengakhiri cerita ini dengan indah, harus dengan indah...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.