Jalan-jalan ke Kota Atlas

Bismillah

#EdisiRefreshing
Kota Atlas, julukan ini aku baca saat pertama kali tiba di Semarang.
Ini adalah cerita minggu lalu yang baru sempat aku tuliskan. Pada tanggal 16 Februari 2013 lalu aku berangkat ke Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah untuk suatu urusan yang aku memilih untuk mengikutinya, lebih tepatnya menyimak. Setelah menghabiskan hari-hari dengan kegiatan yang menuntut diri untuk lebih banyak duduk, bla bla bla, bla bla bla, bla bla bla, tibalah pada moment yang paling aku tunggu-tunggu dan harapkan, Jalan-jalan keliling Semarang. Ada sesuatu yang berkesan bagiku ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, yaitu terdapat keragaman budaya yang tinggi di sini.
Moment jalan-jalan ini dimulai ba'da Dzhuhur. Salah satu daerah yang aku dan teman-teman kunjungi adalah daerah bernama kota tua. Nuansanya benar-benar memberikan aksen klasik dan menarik. Sepanjang blok jalan di sana aku sibuk memotret bangunan-bangunan tua yang tertangkap oleh mata. Ketika berjalan-jalan kebetulan aku dapat moment yang benar-benar menghadirkan nuansa kota tua.

Ya, masih banyak masyarakat yang menggunakan sepeda ontel di sekitar sini. Benar-benar pemandangan yang unik di tengah ibukota. Jalanannya juga masih terbuat dari pavinblock, bukan aspal. Semoga warisan di daerah ini dapat terus dilestarikan.
Setelah mengunjungi kota lama, perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan ***. Ah, aku lupa nama pelabuhannya apa, yang jelas pelabuhan ini masih di Kota Semarang. Lagi, aku menangkap foto menarik di sini.
Sepertinya alat transportasi yang paling nasionalis memang kapal. Sekecil apapun benderanya, yang berwarna merah putih itu tetap mendapat tempat di sanubari tiap rakyatnya (cieleee!!)
Dan satu lagi, laut dan pelabuhan ini benar-benar mengingatkanku pada rumah. Kota tempatku dilahirkan yang juga dipinggir pantai. Laut Semarang seolah menyampaikan pesan dari Laut Padang bahwa ia merindukanku. Hikz, Aku ingin pulang...
Perjalanan singkat sekali ini berakhir indah, ditutup dengan shalat ashar di Mesjid Agung Jawa Tengah. Mesjidnya luaaaasss sekali. Aku suka asmaul husna yang terukir di dinding yang menghubungi tiang-tiang yang mengelilingi setengah pelataran mesjid.
 O iya, aku juga sempat mengunjungi Menara Asmaul Husna mesjid ini. Tingginya 99 meter. Di atas anginnya kencang sekali >_<. Dari atas aku mengambil foto mesjid plus halamannya nan luas.

Sewaktu aku berada di atas juga, aku sempat mengamati tampilan Kota Semarang dari berbagai sudut menggunakan teleskop yang memang sudah terpasang di sana. Sepertinya memang disediakan untuk pengunjung yang ingin menikmati wajah Semarang. Kurang tahu sih jarak pandangnya berapa, yang jelas laut bisa terlihat dengan jelas. Bila dilihat dengan mata tanpa bantuan teleskop pemandangannya begini,

Pada foto di atas, pemandangan kota berakhir di laut. Jika dilihat dengan teleskop, saat itu di laut terdapat kapal berwarna merah. Kapal merah itu terlihat jelas tiang dan badannya. Menakjubkan sekali!
Kemampuan manusia memang terbatas, dan manusia itu terlalu kecil. Tidak ada yang perlu manusia sombongkan. Terlalu sadis jika makhluk sekecil ini merasa berbangga diri atas kelebihan yang ia miliki, apalagi kelebihan itu sama sekali tidak membawanya menjadi hamba yang mulia di akhirat kelak. Juga, kelebihan itu tidak akan mampu secuil pun menandingi hebatnya Rabb, Maha segala-galanya. Hanya ketakwaanlah yang membuat manusia punya nilai lebih, dan orang yang bertakwa tidak akan tinggi hati...
Subhanallah, Allahuakbar!

Sekian cerita refreshingnya. ^_^

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.