Becak

Bismillah,
Have you ever feel how a great first experience to be a pedicab passanger? Hm, entah kenapa aku merasa pengalaman pertama naik becak ini harus kuabadikan di blog ini. Minggu lalu, aku pergi ke Jawa Timur, tepatnya kota Jombang untuk sebuah acara temu nasional para mahasantri. Ini adalah pengalaman pertamaku ke daerah Jawa. Mungkin bisa dibilang perjalanan terjauhku menggunakan bis. Selama 24 jam kuhabiskan waktu di bis. Aku tidak tahu apa itu Jombang. Ingatanku tentang Jombang nol besar. Jika aku punya sebuah algoritma searching dan aku gunakan untuk mencari kosakata "Jombang" dari sekumpulan kata yang tersimpan di memori otakku, fungsi ini akan mengembalikan pesan "NULL". Tapi, ketika aku tanyakan pada seniorku daerah seperti apa Jombang itu, akhirnya aku mendapat jawaban, "Kakak juga gak tw...^.^" #Gubrak! Akhirnya, bermodal kepercayaan pada supir bis yang membawa kami ke Jombang, aku ikut perjalanan bersama teman-temanku yang lain. Hm, terdengar seperti percobaan menculikkan diri X-} (istilah pribadi)
Waktu itu, kira-kira pukul 3 sore, aku pergi ke stasiun untuk membeli tiket kereta api. Sebenarnya aku berniat pulang lebih awal karena ada praktikum yang harus kuikuti di Bandung pagi harinya. Jika aku ikut rombongan teman-teman pulang ke Bandung pada pukul 10 pagi besok, diperkirakan aku tidak akan bisa mengikuti praktikum yang dimulai pukul 8 pagi. Jadi kuputuskan untuk pulang lebih dulu menggunakan kereta. Setelah bertanya-tanya pada warga sekitar kendaraan apa yang bisa kugunakan untuk sampai ke stasiun, semuanya merekomendasikan becak. Memang tidak ada angkot di sekitar sini, ojeg pun tidak. Aku pikir perjalanan dengan becak akan lebih memakan waktu, sedangkan aku harus mengejar kereta pukul 6 sore, belum lagi aku tidak membawa cukup uang untuk membayar upah becaknya. Tapi apa boleh buat, aku harus ke stasiun. Mau tidak mau aku pun pergi bersama becak lucu itu.
Huuwaaaah, ketika naik becak rasanya itu... Hm...Aku mencoba berakting seperti seorang putri yang naik kereta kuda. Kutegakkan punggungku, kusilangkan kaki, dan memejamkan mata merasakan hembusan sejuk angin sore menerpa pipiku. Syiiuuuu....Syiiuuuuu....Brak! Tiba-tiba aku tersadar dari mimpi. Sekilas kualihkan pandanganku ke bapak pengendara becak di belakangku. Keringat jagung telah memenuhi wajahnya yang gelap. Tapi, ia tetap terlihat bersemangat mengayuh sepedanya demi mengantarkanku ke stasiun. Ah, bayangan putri yang kuperankan tadi tidak lagi seperti snow white yang baik hati, tapi lebih seperti wanita penyihir yang jahat dan berlagak seperti putri ber-make up hitam. Aku bersenang-senang ketika beliau mengayuh sepeda seolah tidak peduli ada seseorang yang tengah berjuang untuk memenuhi hajatku. Hatiku teriris. Pedih sekali mengetahui kenyataan hidup. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah ketika aku merenung aku semakin menyadari betapa banyak nikmat hidup yang belum kusyukuri dengan sebenar-benar syukur :'(
Ya, hari itu aku diperkenalkan dengan sebuah guru baru bernama pengalaman. Darinya aku belajar, dan karenanya aku berbagi.
Semoga Rabb memberi rahmat dan karunianya pada bapak pengendara becak itu dan keluarganya serta pada kita semua juga menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang bersyukur...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.