Kerang dan Sepatu Tua
Bismillah...
Kerang berpesan, Nikmatilah hidupmu, kawan.
Kerang:
Hai Pak Sepatu!
Sepatu
Tua: Hai anak muda,
Kerang:
Kenapa bapak terlihat lesu sekali?
Sepatu
Tua: Entahlah, mungkin karna aku sudah terlalu tua..
Kerang:
Ada yang kau sembunyikan, Pak. Aku tahu itu, perasaanku kuat, kau tahu?
Sepatu
Tua: Aku ini memang ditakdirkan hidup sendiri, dan sekarang pun aku ditinggal
sendiri, Nak. Bukankah hidupku terlalu buruk?
Kerang:
Maksudmu?
Sepatu
Tua: Dulu aku satu-satunya sepatu yang terpajang di sebuah etalase kecil yang
berdebu dan jelek. Sampai suatu hari seorang gadis mengambilku, membawaku
pulang. Tidak tanggung, betapa senang hatiku. Aku bisa seperti
saudara-saudaraku yang lain, nasibku juga beruntung. Awalnya aku pikir begitu.
Namun, hanya selang sehari, gadis itu mencampakkanku. Meletakkanku di sebuah
ruangan gelap berisi barang-barang yang bernasib sama sepertiku, terbuang. Dipenuhi
sarang laba-laba yang semakin lama membuatku semakin terlihat buruk. Aku menghabiskan
sisa umurku di sana.
Kerang:
lalu bagaimana Bapak bisa sampai ke sini? Siapa gadis yang membawa bapak ke
sini? Itu orangnya kan? Yang sedang mengumpulkan saurdara-saudaraku…
Sepatu
Tua: Ya, dia menemukanku seminggu yang lalu. Menurutnya aku masih bagus. Tapi
aku sudah tidak mau lagi mengambil hati ucapannya itu. Hatiku sudah tertutup. Kegembiraanku
telah lapuk bersama buku-buku tua temanku yang hancur dimakan rayap. Aku tidak
mau menaruh harapan lagi padanya. Ya, gadis itu yang membawaku, ah tidak! Meninggalkanku
di sini bersamamu. Yah, setelah mencuci dan mengeringkanku pastinya.
Kerang:
hahaha, hahahahahahahaha…
Sepatu
Tua: Apa yang kau tertawakan anak muda?
Kerang:
Pak Sepatu, anda lucu sekali bertingkah seperti anak kecil. Apakah bapak tahu
kenapa bapak satu-satunya sepatu yang terpajang di etalase berdebu itu? Apakah bapak
tahu kenapa gadis yang pertama mengambilmu menyimpanmu ke gudang? Apakah bapak
tahu kenapa gadis itu mencucimu? Apakah bapak juga tahu kenapa ia
meninggalkanmu di sini, bersamaku?
Sepatu
Tua: Aku pikir karna takdirkulah hidup sendiri. Buruk, dan diabaikan.
Kerang:
bagaimana jika tuanmu meletakkanku di etalase buruk karena ia tidak ingin kau
diambil orang sehingga kau selalu menemaninya? Walaupun pada akhirnya ia harus
merelakanmu pergi demi mendapatkan biaya untuk pengobatan anaknya. Bagaimana
jika gadis pembelimu menyimpanmu di gudang agar kau bisa dipakai kembali oleh
adiknya, mungkin saja ukuranmu tidak pas dengan kakinya. Bagaimana jika gadis
itu mencucimu agar kau terlihat tampan dan cerah kembali. Dan bagaimana jika
gadis itu tidak meninggalkanmu, malah memberimu kesempatan untuk mengobrol
santai denganku dan menikmati kicauan camar serta irama ombak yang merdu ini? Ayolah
kita nikmati semua ini, Pak!
Sepatu
Tua: Tapi, tapi, tapi kau hidup bersama
teman-temanmu. Lihatlah kau ramai. Ada warna ungu, merah, dan kau sendiri
putih. Selain itu kau berada di tempat yang indah. Pantai, karang, matahari
tenggelam, pohon kelapa, angin, burung-burung, Kalian hidup bersama dan
menikmati semuanya bersama, sementara aku?
Kerang:
hehe, Pak Sepatu.. Pak Sepatu. Kami hidup bersama namun terpisah, tapi aku
senang dengan semua ini dan aku tidak menyesalinya. Aku menikmati hidupku
karena begitulah harmoni kami. Ada sesuatu yang kau lupakan, Pak. Bahwa kau
hidup bersama dan menyatu. Bersamamu ada warna-warna indah, ada karet, ada
manik-manik, ada busa, dan kain. Karena itulah bapak dinamakan sepatu. Dan yang
terpenting, Bapak tidak sendiri. Cobalah lihat ke sebelah kananmu. Ke mana
Bapak ke sanalah istrimu. Kalian pasangan serasi. Percayalah padaku, sebentar
lagi gadis itu akan membawamu pergi ke tempat-tempat di mana kau akan mengalami
petualangan yang lebih seru. Nikmati hidupmu, Pak! Dagh Pak Sepatu…
Sepatu
Tua: Sampai jumpa lagi, Nak!
Secercah
harapanpun menghampiri Pak Sepatu untuk kedua kalinya.
Kerang berpesan, Nikmatilah hidupmu, kawan.
Tidak ada komentar: