Pertanggungjawaban
Bismillah,
Menulis lagi, setelah you know lah
:)
Iya.
Tulisan ini saya beri judul "Pertanggungjawaban".
Sebuah pengajaran yang Allah beri lewat kata, doa dan usaha.
Mari mengulang sekilas cerita di tulisan sebelumnya, tentang betapa hebohnya saya di tesis ini sejak awal tahun sampai waktu-waktu ketemu server yang bisa saya gunakan untuk eksperimen. Kemudian seminar dua minggu lalu dan sidang Rabu kemarin. Alhamdulillah.
Ada cerita yang saya sengaja skip di sana sebetulnya karena memang diniatkan agar utuh di tulisan ini. Mari posisikan skipped story tersebut setelah statement saya tentang mengusahakan dan soal kepasrahan.
Akhir Januari itu, seorang adik mengabari saya berita gembira bahwa ia dan keluarga akan umroh. Yubaarikullah lahum. Seminggu sebelum pergi, si adik izin pamit via chatting dan menawari saya barangkali ingin titip doa. Penawaran ini langsung membuat saya gembira. Tentu saja mau! Oh, Allah hamba punya banyak request huehe. Setelah ketik-ketik panjaaang dan lamaaa sekali, saya membaca ulang daftar permintaan ini. Banyak yang akhirnya saya simpan sendiri ehehe, tapi yang ada satu yang saya tinggalkan untuk kepentingansaya umat #ehem
isinya: De, teteh titip doa bla bla bla dan,
Menulis lagi, setelah you know lah
:)
Iya.
Tulisan ini saya beri judul "Pertanggungjawaban".
Sebuah pengajaran yang Allah beri lewat kata, doa dan usaha.
Mari mengulang sekilas cerita di tulisan sebelumnya, tentang betapa hebohnya saya di tesis ini sejak awal tahun sampai waktu-waktu ketemu server yang bisa saya gunakan untuk eksperimen. Kemudian seminar dua minggu lalu dan sidang Rabu kemarin. Alhamdulillah.
Ada cerita yang saya sengaja skip di sana sebetulnya karena memang diniatkan agar utuh di tulisan ini. Mari posisikan skipped story tersebut setelah statement saya tentang mengusahakan dan soal kepasrahan.
Akhir Januari itu, seorang adik mengabari saya berita gembira bahwa ia dan keluarga akan umroh. Yubaarikullah lahum. Seminggu sebelum pergi, si adik izin pamit via chatting dan menawari saya barangkali ingin titip doa. Penawaran ini langsung membuat saya gembira. Tentu saja mau! Oh, Allah hamba punya banyak request huehe. Setelah ketik-ketik panjaaang dan lamaaa sekali, saya membaca ulang daftar permintaan ini. Banyak yang akhirnya saya simpan sendiri ehehe, tapi yang ada satu yang saya tinggalkan untuk kepentingan
isinya: De, teteh titip doa bla bla bla dan,
"Izinkan lulus Maret 2018 ya Allah "
Begitulah kisah pertanggungjawaban ini dimulai.
Saya eksplorasi di server dosen, pinjem laptop uni, ketemu server yang benar-benar bisa digunakan, sampai seminar kemarin itu. Semua terjadi begitu cepat.
Seminggu sebelum seminar, sebuah form kosong pengajuan seminar yang sudah ditandatangani pembimbing tergeletak (menyilaukan) di meja kerja. Berhubung rekan yang duduk di sebelah saya satu bimbingan dengan bu dosen, saya pikir itu miliknya. Sejak pagi lembar itu tak tersentuh hingga barulah salah seorang junior entah memulai percakapan apa dengan bu dosen, saya mendengar kalimat ibu yang mengatakan lembar tersebut untuk saya. Sebagai informasi, formalitasnya adalah form pengajuan seminar itu menjadi kewajiban saya untuk mencetaknya dan meminta tanda tangan pembimbing sebagai pernyataan izin pelaksanaan seminar. Kali ini kasusnya, saya telah diberikan form lengkap dengan tanda tangan. Saya hanya perlu mengisi nama, nomor induk mahasiswa dan judul penelitian. Shock, saya panik. Tapi saya bukan pengecut. Ayo hadapi ini, saya membatin.
Yep yep, saya tetap seminar dengan banyak kekurangan diri. Hari-hari menjelang sidang itu saya isi dengan mencari pembelaan wkwk (selain tentu saja saya menyelesaikan eksperimen yang belum selesai, menulis buku dan pekerjaan utama lainnya). Pembelaan ini maksudnya, saya berdiskusi dengan orang tua, teteh, dan beberapa teman dengan harapan menerima masukan yang kira-kira isinya "Kalau tidak yakin, jangan maju, coba dibicarakan ke dosen". Nyatanya saya tidak menemukan pembelaan seperti itu. Semua seolah bersepakat di belakang saya untuk bilang "Maju"/ "Hadapi"/ "Insyaallah, bisa lah". Duh gaes, ini tindakan nekat dalam hidup saya. Sungguh!
Mulai dari hari-hari setelah seminar sampai menjelang sidang bahkan di detik ini pun saya benar-benar takjub betapa cepat dan nyatanya ridho Allah terhadap hamba-Nya. Hebohnya urusan sidang ini sering memunculkan pertanyaan di kepala saya kenapa ini jadi terburu-buru lah, kenapa juga saya berat banget juga untuk minta dimundur lah, termasuk kenapa semesta seolah mendukung semua ini (eak), eng.. kadang sampai ngeluh karna saya tidak suka berada dalam situasi seperti ini :"(
Lalu di saat yang sama ketika keluhan dan pertanyaan itu muncul saya teringat dengan azam yang saya ucapkan ke dosen. Awal semester pengambilan matkul tesis beliau mengonfirmasi ke saya dengan pertanyaan "Kamu yakin lulus maret?" dan saya tanpa bayangan apapun tentang masa depan menjawab "Iya" mantap sekali. Juga kata-kata "bisa mengusahakan" yang saya nyatakan ke orang tua dan tentang doa yang dititipkan. Allah mengajarkan saya untuk mempertanggungjawabkan semua itu. Agar jangan sampai ada janji yang diingkari, jangan ada azzam yang berakhir suram. Semacam tidak layak keluhan itu muncul karna pada dasarnya ini adalah permintaan saya sendiri, dan Allah dengan Super Maha Baik meridhoi, membuka jalan-jalan agar tesis saya berjalan lancar. Alhamdulillah
Sekian ceritanya.
Semoga Allah mengampuni hati yang sering sekali khilaf ini
Allah Maha Baik dan segala kebaikan bersumber dan bermuara hanya kepada-Nya.
Selamat berjuang
Selamat mensyukuri kebaikan-kebaikan Ilahi di muka bumi :")
Salam,
Dari penulis buku tesis yang cerita ini sungguh ingin sekali disertakan di kata pengantar/ halaman persembahan supaya bukunya lebih tebal XD