Mencari yang Hilang

Bismillah...

Giri: Rii...! Lihat handphoneku ngga? (sambil angkat-angkat bantal, cek di bawah kolong, balik rak, lemari, meja)
Riri: Loh, hilang?
Gigi: Ng, lebih tepatnya aku ngga bisa menemukannya. (sambil jalan ke dapur, buka lemari lauk, cek meja makan)
Riri: (Bantu cek di atas kulkas, di dalem kulkas, di dalam gentong beras (?)
Gigi: Ri, kamu ngapain?
Riri: Bantuin kamu, kan?
Gigi: Oh iya.
Riri: Ini hapenya hilang di mana, Gi?
Gigi: Di kamar.
Riri: Trus kenapa kamu malah cari di dapur? Eak (jalan ke kamar, mulai mencari)
Gigi: heheheh (ikutan ke kamar, cari lagi)
Riri: Ini?
Gigi: Loh, loh? Kok? Woaaaaaah! Trima kasih Ri! Best deh

Riri: Menurut aku, logikanya, kalau kita kehilangan, carinya di tempat sesuatu hilang dulu Gi, sampai ketemu. Cari di segala penjuru. Nanti juga ketemu
Gigi: Termasuk kalau ada yang kehilangan "perasaan damai dan ketenangan" dalam agama ini ya Ri? Cari dulu sampai ketemu di ruang Islam, jangan keluar sampai ketemu kedamaian itu di sana.
Riri: Iya gi. Kalau kehilangan kedamaian itu di Islam, cari terus di Islam. Mungkin kita belum mencari ke segala penjuru ilmu dan syariat agama kita. In sya a Allah, kita dipertemukan dengan ketenangan itu. Mencarinya pun juga kayaknya mesti tenang dan ngga terburu-buru. Sabaaar
Gigi: Ehehe, tahu aja deh Ri. Jangan malah ke "dapur" orang yak?
Riri: Iya, mana aku ngga tw hape kamu hilangnya di dapur. Eh aku ikut nyari. Aku ngga tahu, kamu ngga yakin. Trus kita sesat wkwkwkw

-----
Halo para pencari ketenangan! Tetap sabar mencari ketenangan hatimu menuju Rabb ya? Semoga segera Allah pertemukan.
---
isu rangkul-merangkul umat di kampus ini mulai sering saya dengar dan saya khawatir. Karena ini selalu saja menyerang saudara-saudara yang sedang dalam masa pencarian. Sayangnya ia tidak lebih dekat berteman dengan saudara seimannya. Sayangnya, perasaan masih takut, berpikir tidak dalam kapasitas iman mengingatkan, dan merasa masih kurang ilmu sering menjadi pembatas langkah yang tergerak dalam hati. Keimanan itu belum menumbuhkan keberanian menyatakan yang haq dan memerangi yang bathil.
Dan juga, sudah diperingatkan dalam Al-Quran jangan mengambil teman dekat orang-orang yang mengingkari syahadat. Ini riskan, bahkan untuk orang-orang beriman sekalipun. Lalu, kalau kita belum cukup mengenal Quran, mengapa kita menjauh? Kenapa sifat kepo ke orang lain tidak berlaku sama ke Al-Quran, ke Rasulullah, ke para sahabat. Kita menutup mata, tidak peduli lalu berkata tidak menemukan kebahagiaan. Na'udzubillah

Maaf, tapi dalam aqidah ini, ketauhidan adalah mutlak. Syahadat adalah ikar, sumpah dan janji tertinggi yang ketika kita paham maknanya, tidak ada celah bagi fitrah dan jiwa untuk mengkhianatinya. Hati menjadi tunduk dalam rangkaian kalimat sami'na wa atha'na

Semoga Istiqamah

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.