Mengenang Rindu

Bismillah,

Ini cerita harian.
Jumat lalu, tepatnya sore Jumat, saya keinget ustadzah/ muhafidzah yang membimbing saya selama di asrama. Baru saja saya rencakan untuk mengontak beliau ba'da isya, beberapa menit ketika ingatan itu muncul, saya duluan yang dihubungi oleh ustadzah :")
Kami bercerita.

Setiap mengingat beliau, rindu itu terulang kembali. Rindu ketika kami melingkar dan mengantri untuk setoran hafalan. Ketika melihat ke kanan, ada saudari yang menghafalkan Quran, ke kiri pun begitu. Dari jauh ada saja yang duduk melihat Quran dan mengarahkan pandangannya ke tempat lain sembari mengingat ayat yang sedang dihafalkan. Kalau sudah hafal, menyenangkan bisa ikut menyimak. Jika belum, ayat itu akan diingat dan menyenangkan pula ketika nanti bertemu di titik itu.

Dipikir-pikir, bahagia ya? Kalau ingatan tentang kita diiringi pula dengan ingatan tentang Quran dalam diri seseorang.
Jadi guru Quran, murid akan mengingat kita bersama momen interaksi mereka dengan Quran. Melihat kehidupan guru-guru saya pun begitu. Kehidupan sederhana yang Allah hiasi dengan sakinah. Ketenangan yang tidak semua orang dapat mengecapnya kecuali mereka yang menjaga interaksinya bersama Quran
(Hm, hm, apa abis ini ganti jalur aja ya? Atau sekarang tinggalkan tesis? #penkabur #hey #naudzubillah #jitak)

Reka ulang masa-masa tersebut tidak berhenti hari itu. Besoknya, Sabtu, saya kedatangan adik yang dulunya kita satu asrama. Setelah lulus, dia melanjutkan sekolah di LIPIA. Sebuah nama yang sama sekali tidak cukup familiar di kalangan masyarakat kampus ITB, tapi sangat terkenal di Diniyyah Puteri. Keren sekali bisa sekolah di sana. Yang lebih kerennya, di Jakarta sana, si adik tinggal di Rumah Quran bersama senior saya yang dulu kami juga sempat satu asrama :')
Ingin iri, tapi mungkin memang ranah perjuangan itu berbeda.

Ingatan itu terulang lagi.
Waktu-waktu setoran, berlomba-lomba duluan, khawatir kalau ketemu ustadzah belum setoran tapi malah main dan ngobrol, ujian sambil deg-degan khawatir kalau remedial, dan malah saling ngetawain kalo belum setoran tapi malah makan enak karena pasti bakal kena omel ustadzah; walau selalunya diajak becanda sekaligus berhasil bikin tersindir jleb jleb.


Sesuatu yang amat langka di kehidupan saya kini.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.