Pembawa Berkah

Bismillah,

Lebaran ini, saya ke kampung.
Hari ini, kami baru saja ziarah ke maqam Ayah. Ayah yang saya ceritakan kisahnya di sini.
Tanah perkuburannya dekat dari rumah Ibu, sekitar 100 meter. Ke sana, kami cukup dengan berjalan. Menikmati sengatan matahari pukul 8/9 pagi, karena sebelumnya digunakan untuk masak dan makan bersama.
Lalu, sepulang dari ziarah kami melewati rumah bako mama. Istilah bako dalam Budaya Minangkabau berarti saudara-saudara perempuan dari bapak. Mampirlah kami ke sana. Di sana ada anak kembar laki-laki dan perempuan berumur 13 bulan. Lucu sekali (>v<)

Saya: Halo dedek kecil. Unyu sekali. Main yok sama kakak #lupakanumur
Lalala~~ masih ganggu-ganggu sambil nunggu Tetua ngobrol.
Saya: kakak pulang dulu ya dedek.
 (Trus saya ngajak salim. Tapi tangan adiknya ngga mau ngebuka. Padahal tadi main)
Setelah saya ajakin salim, pas banget Bu De (panggilan ke kakak mama-bukan jawa-) ajakin si adiknya salim juga sambil nyelipin satu lembar duit $-$ #cringcring. Trus diterima. Jadilah saya ditertawakan para kakak-kakak plus Bu De saya
Kakak-kakak: berarti adiknya bisa bedain tangan yang ada isinya sama yang engga~~
Bu De: itu dia ngeliat mana tangan yang membawa berkah mana yang engga
Saya: berarti tangan ini ngga membawa berkah ya kak? T-T #cepatcarikerja
Tertawalah semua.

---
Malam ini saya kembali teringat, sudahkah tangan ini benar-benar memberikan berkah? Atau justru kenyataannya seperti pagi tadi, tangan ini belum membawa berkah apapun pada siapapun?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.