Kota Budaya Batusangkar

Bismillah,

Aloha, kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan saya mengunjungi Kota Budaya, Batusangkar.

Sebenarnya dari Padang Panjang ke Batusangkar tidaklah memakan waktu lama. Cukup 45 menit menggunakan motor dengan kecepatan standar 60 km/ jam. Saya diajak oleh salah seorang kawan untuk bersilaturrahim mengunjungi rekan-rekan beliau di sana. Kebetulan teman saya ini sebelumnya kuliah di Batusangkar. Sekalian saya diajak ikut untuk sekedar jalan-jalan dan tadabbur alam. Saya pun sudah lama ingin ke Batusangkar. Di sana ada Istano Baso Pagaruyuang. Mau lihat harta pusaka negeri :')

Di antara jalan Padang Panjang-Batusangkar kita akan melewati Nagari Pariangan. Bagi masyarakat Minang, nagari adalah sebutan untuk sebuah desa. Nagari Pariangan adalah nagari tertua di daerah Minangkabau. Masyarakat suku asli Minangkabau berasal dari nagari ini. Nagari yang indah di lereng Gunung Marapi. 
Sepanjang perjalanan kita akan melihat sengkedan sawah nan hijau, kebun sayuran dan bawang, juga hutan lindung di sisi kiri-kanan pada beberapa bagian jalan. Tidak lupa ditemani udara berhawa dingin dan sejuk yang menerpa wajah. Syiuu syiuu~~
Adem dan menenangkan apalagi jika dijelajahi dengan motor!


Sesekali rumah penduduk dan warung-warung terlihat. Saya melihat rumah-rumah pusako beratap gonjong lebih banyak di kawasan ini daripada daerah lainnya di Sumatera Barat. Ah, benar-benar mengagumkan. Terima kasih pada masyarakat yang masih menjaga budaya Minangkabau. Kadang-kadang saya sedih sendiri mengingat ilmu dan level adaptasi saya terhadap budaya Minangkabau yang masih jauh di bawah kakak saya. Di bawah kakak saya saja jauh, apalagi nenek saya. Apalagi Para datuak, apalagi apalagi apalagi T.T


Dan setelah beberapa menit perjalanan saya sampai ke tujuan utama saya. Istano Baso Pagaruyuang. Sedih lagi mengenang bagaimana dulu musibah menimpa Istana ini. Kebakaran akibat petir yang menyambar "tanduak" istana, ditambah dengan atap ijuk yang dimilikinya rentan termakan api. Alhamdulillah berkat izin Allah, usaha dan dukungan berbagai pihak Istano Baso Pagaruyuang bisa kembali dibangun dengan megah. Walau hanya 15 persen warisan pusaka yang terselamatkan T_T


Di sisi kanan Istana ini terdapat rangkiang. Rangkiang adalah bangunan kecil yang oleh pemilik rumah dimanfaatkan sebagai lumbung padi, tempat menyimpan padi. Jenis dan bentuk bangunannya setipe hanya saja letak dan beberapa perbedaan bentuk rangkiang menandakan perbedaan fungsi dan kegunaannya terhadap keluarga di rumah gadang. Baca buku Budaya Alam Minangkau untuk informasi lebih lanjut :3


Setelah puas berkeliling istana, (ada foto-fotonya sih. Cuma lebih asik dilihat kalo berkunjung langsung saja ya^^), kami pun pulang. Hujan menemani perjalanan pulang :')

 
#exploreminang

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.